Ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya sering merasa frustasi kalo berhadapan dengan pak Hutabarat. Beliau adalah seorang guru matematika yang paling hebat di SMA saya. Beliau orang pinter, baik hati dan tidak sombong. Dalam mengajar, beliau selalu berusaha membuat kami, anak muridnya yang cakep-cakep ini, dapat memahami apa yang telah diajarkannya.
Beliau merupakan guru yang patut di gugu dan di tiru. Seorang guru panutan.
Tetapi, dasar saya dan temen-temen yang otaknya pas-pasan, cukup ngawur, kaco, sembrono (kata-kata lain dari goblok) kalo harus menyelesaikan matematika persamaan yang diberikan pak Hutabarat. Log, tangen, sinus, cosinus adalah istilah keren yang sering dipakai pak Hutabarat. Sehingga membuat saya yang cakep dan temen-temen saya yang ganteng menjadi frustasi.
Kami lebih sering minta izin ke wc untuk cuci muka, "biar fresh belajarnya, pak!" kata kami. Padahal ujung-ujungnya kami duduk di kantin yang memang berada diujung wc, diujung tanah sekolah, nun diujung langit sana.
Gambar berikut ini adalah bukti yang sahih dan sah secara hukum serta jelas-jelas menjadi barang bukti atas ketidak-terlibatan otak temen saya terhadap matematika, alias frustasi.
Jika anda tidak menemukan kejanggalan, maka kami mengundang anda untuk bergabung ke dalam TIM ALJABAR MATI.
Liat pojok kanan bawah aja deh.