Nagabonar
SCTV 04 Oktober 2008 jam 13.30 wib
Dalam Nagabonar, muncullah jargon atau istilah :
• Apa kata dunia
• Berunding… berunding… Belanda NICA masuk juga
Sang Jenderal :
Hai pemuda Indonesia
Bangkitlah kau semua
Negeri kita sudah merdeka
Dengarkan ibu pertiwi
Tom mariam tomong mak inang
Sinapang mesin
Merdeka atau mati
Ah… Indonesia belumlah merdeka sepenuhnya sampai saat ini.
Nagabonar Jadi 2
SCTV 04 Oktober 2008 jam 21.00 wib
Ah… tak tau lah aku, kau tonton saja lah sendiri
Kalau kau tonton, kau temukan bahwa sikap pemuda jaman sekarang sudah kurang menghormati jasa para pahlawan Indonesia. Pemuda jaman sekarang lebih menghormati duit… duit…duit…
Aku sampai terenyuh pada adegan Jenderal Naga memberi penghormatan kepada patung Jenderal Sudirman, “…Apa yang kau hormati Jenderallll, apa karena mereka bermobil? Turunkan tanganmu Jenderal, Jenderal…”
Ah kau tonton sajalah sendiri.
Kau rasakan sendiri…
SCTV 04 Oktober 2008 jam 13.30 wib
Dalam Nagabonar, muncullah jargon atau istilah :
• Apa kata dunia
• Berunding… berunding… Belanda NICA masuk juga
Sang Jenderal :
- Sang Pencopet yang jadi pemimpin perang di daerah Sumatera Utara.
- Kesetiakawanan Naga dengan Bujang (sang kopral yang merajuk kerne jauh-jauh merantau cuma jadi Kopral).
- Yang berbakti kepada Emak.
- Yang menggendong Emaknye untuk mengungsi. Emak tak mau digendong same anak buah Jenderal, “tak mau aku digendong sama dia, dia bau kerbau”.
- Yang tak mandi-mandi kerne takut malaria die kambuh
- Sang Jenderal yang bodoh-bodoh pandai. Bodoh kerne “aku sekolah bambu pun tak lulus”. Pinter ketika “aku tunjuk Parit Buntal kampungnya si Murad sebagai tempat kita menyimpan amunisi. Biar Belanda itu tak tau tempat amunisi kita yang sebenarnya”, waktu tu lagi berunding dengan Belanda untuk menentukan garis demarkasi. Tapi sebenarnye Jenderal tu tak tau melihat peta, “ada kertas yang mengelupas di peta, kutunjuk sajalah itu. Ha…ha...ha… ternyata dapur emaknya si Murad. Biar pusing dia”. Murad cuma tertawa, Lukman yang jadi pusing kepala.
- Akhirnya mau mandi pakai sabun cap Burung Merak, sampai ke Medan wanginya. Mandi demi mengunjungi Kirana, anak Belanda tu lah. Akhirnya kena serangan malaria juga Sang Jenderal, tapi cuma sebentar. Malaria datang sebentar, tapi macam kereta Tebing Tinggi Medan. Menggigillah Sang Jenderal.
- Muak same si Lukman kerne die berpikir terus, tidur pun berpikir. Kata Sang Jenderal, “Hei Lukman, berhentilah kau berpikir, karena kalau kau berpikir, aku juga ikut berpikir, susahlah aku”.
- Demi mempertahankan Kirana, mau beradu main catur dan berdebat dengan Jenderal Si Mariam, yang dikantor Polisi disebut si Dompet kerne ahli pencopet dompet. Akhirnya terjadi tembak menembak yang dimenangkan Sang Jenderal.
- Kirana tanya, “kenapa kau jadi pencopet?”. Naga menjawab, “mula-mula aku mau jadi perampok, kubeli parang besar”. Ha…ha…ha…
- Sedih ketika kawan baiknya yang setia, si Bujang, mati bertempur menyerbu pos Belanda. “sudah kubilang jangan kau bertempur, tapi kau bertempur juga, sekarang matilah kau”, kata Jenderal Naga Bonar dengan sedih.
- Yang menangis tepekik telolong atas kematian Bujang, “jadi, kalau Jenderal tak boleh menangis?”. “Bujaaaaaang……”.
- Sang Jenderal yang selalu disayang emaknya dari dulu, walau dulu jadi pencopet, tapi sekarang menjadi kebangggan emak, emak tetap sayang.
Hai pemuda Indonesia
Bangkitlah kau semua
Negeri kita sudah merdeka
Dengarkan ibu pertiwi
Tom mariam tomong mak inang
Sinapang mesin
Merdeka atau mati
Ah… Indonesia belumlah merdeka sepenuhnya sampai saat ini.
Nagabonar Jadi 2
SCTV 04 Oktober 2008 jam 21.00 wib
Ah… tak tau lah aku, kau tonton saja lah sendiri
Kalau kau tonton, kau temukan bahwa sikap pemuda jaman sekarang sudah kurang menghormati jasa para pahlawan Indonesia. Pemuda jaman sekarang lebih menghormati duit… duit…duit…
Aku sampai terenyuh pada adegan Jenderal Naga memberi penghormatan kepada patung Jenderal Sudirman, “…Apa yang kau hormati Jenderallll, apa karena mereka bermobil? Turunkan tanganmu Jenderal, Jenderal…”
Ah kau tonton sajalah sendiri.
Kau rasakan sendiri…