The Day After Tomorrow merupakan film keluaran tahun 2004 oleh 20th Century Fox. Menceritakan tentang dampak global warming (pemanasan global) yang mencapai titik baliknya. Jika pemanasan global mencapai suatu titik puncak maka keadaan akan membalik ke pendinginan global. Di dalam film ini digambarkan pembalikan keadaan tersebut begitu cepat, jika diandai-andaikan maka setelah besok hari (the day after tomorrow) seluruh bumi telah tertutup salju. Salju ini terbentuk setelah gelombang tinggi pasang air laut yang memasuki daratan.
Film The Day After Tomorrow (TDAT) yang bergenre Scientific-Fiction ini dibuka dengan pemandangan laut kutub utara yang dengan bongkahan es yang tersebar. Bongkahan kecil dan besar yang membentuk daratan es. Pembukaan film ini menyerupai keadaan pada penemuan Aang Sang Avatar (Avatar The Legend of Aang) oleh Katara dan kakak laki-lakinya Sokka yang merupakan warga suku air selatan. Dalam adegan episode ”The Boy in the Iceberg" ini, Katara, remaja wanita yang memiliki ilmu pengendali air dan Sokka menemukan Aang dalam bongkahan es.
Kembali ke TDAT, pada salah satu tempat di daratan es yang luas (mungkin daratan utama kutub utara), terdapat 3 orang peneliti Amerika yang sedang mengambil sampel es bagian dalam dengan cara mengebor (hal yang umum dilakukan untuk mengetahui keadaan tempatan dan global tahun-tahun sebelumnya). Ketika salah seorang peneliti mengebor, terdengar bunyi cukup keras dari dalam rumah kontainer dimana 2 orang peneliti juga berada. Mereka keluar dari rumah kontainer itu dan melihat peneliti yang mengebor itu bengong sambil berkata, ”I didn’t do anything”. Kalimat ini mirip dengan film kartun Mr. Simpsons dimana Bart anak laki-laki Mr. Simpsons, jika hampir tertangkap basah melakukan sesuatu yang konyol selalu berucap ”I didn’t do it, you can’t prove anything”.
Setelah pengebor berucap kalimat di atas, terjadilah penurunan salju pada bidang mesin bor. Untung kedua peneliti lain sempat menarik pengebor yang berada di bidang es yang turun secara mendadak tersebut ke atas. Penurunan salju itu ternyata memanjang membelah area penelitian yang akhirnya membuat celah pemisah yang besar dan panjang. Celah ini bagaikan memisahkan atau membelah daratan salju itu menjadi 2 bagian besar. Dari sinilah dimulai ketegangan dalam film ini.
Adegan berpindah ke sebuah Konferensi Pemanasan Global di New Delhi (The Global Warming Conference in New Delhi) dimana pembicaranya menyampaikan sebuah penemuan bukti tentang cataclysmic climate shift (bencana alam akibat perubahan iklim) yang pernah muncul 10.000 tahun lalu.
Keadaan di luar konferensi digambarkan adanya demonstrasi “Stop Global Warming” dan seorang reporter menyampaikan bahwa terjadi hujan salju. Ya, New Delhi mengalami hujan salju, suatu keanehan perubahan iklim yang ingin disampaikan dalam film ini.
Sang pembicara dalam konferensi itu adalah seorang climatologist Profesor Jack Hall (Dennis Quaid) yang menyampaikan teori tentang “abrupt climate shift” (perubahan iklim secara mendadak). Setelah konferensi, Hall bertemu dengan Professor Terry Rapson (Ian Holm)yang bekerja pada The Hedland Center Scotland yang banyak melakukan penelitian iklim laut.
Adegan berpindah ke sebuah bola apung (buoy) yang diletakkan di laut berfungsi untuk memantau keadaan permukaan laut. Saat itu laut telah mengombang-ambingkan bola apung yang memiliki banyak sensor dimana pergerakannya dipantau di Hedland Climate Research Center, Scotland tempat Radson bekerja bersama stafnya. Seorang stafnya melihat bahwa bola apung bernomor NOMAD Buoy 4311 menunjukkan penurunan suhu secara drastis sebesar 13 derajat yang berada di Georges Bank (Inggris?). Sementara di Chiyoda District Tokyo terjadi hujan batu es secara mendadak. Juga dinampakkan pemandangan dari stasiun luar angkasa terhadap munculnya 3 bagai besar di bumi. Keanehan semakin bertambah dengan berbunyinya beberapa alarm NOMAD Buoy pemantau suhu laut dimana suhu turun makin drastis.
Adegan berpindah-pindah secara cepat, sampai pada perpindahan burung secara besar-besaran melintas di atas kota New York. Penduduk kota New York hanya bisa memandang keanehan tersebut. Bahkan hewan-hewan di kebun binatang New York pun ikut gelisah.
Telepon Profesor Rapson di Scotland kepada Profesor Hall di New York pada tengah malam yang melaporkan tentang alarm dari banyak Nomad Buoy merujuk kepada perubahan drastis suhu permukaan laut, membuat Hall tidak percaya bahwa prediksi cuaca yang disampaikannya pada konferensi terlalu cepat. Malam itu juga badai besar melanda seluruh kota di Amerika dari pantai timur sampai ke pantai barat. Badai yang tidak pernah diprediksikan oleh badan meteorologi setempat. Badai ini sangat besar dan cepat bergerak serta membentuk tornado yang juga besar, menghancurkan segala benda yang dilewatinya. Los Angeles hancur lebur. Ternyata badai besar juga terjadi di Asia dan Eropa. Badai ini pun mengakibatkan pergerakan gelombang air laut yang tidak wajar yaitu berupa tsunami yang menghantam seluruh daratan. Kota New York tenggelam dalam air laut. Ketiga badai, di kawasan Amerika, Asia dan Eropa, itupun dalam beberapa jam menyatu dan membentuk badan besar. Dalam adegan tsunami di New York, terdapat suatu adegan dimana sebuah kapal tanker besar memasuki kota karena airnya laut yang tinggi. Hal ini mirip dengan kejadian tsunami sebenarnya di Aceh yang menyebabkan kapal pembangkit listrik masuk ke daratan sejauh 3 km. Sekarang, kapal ini dijadikan tugu peringatan tsunami Aceh.
Penurunan suhu drastis menyebabkan air laut yang telah naik ke daratan membeku secara cepat. Penurunan akan semakin cepat jika kawasan tersebut dilewati oleh Storm Eye (pusat badai). Pusat badai tidak menimbulkan angin sedikitpun, diam dan tidak ada pergerakan angin. Tetapi pusat badai inilah yang sangat membahayakan. Digambarkan pusat badai ini membekukan apapun yang berada di dalamnya.
Pada akhir film, digambarkan setengah bumi dari utara sampai ke dekat garis ekuator telah tertutup salju. Hal ini agak aneh, karena di bagian selatan sampai ke kutub selatan keadaan masih wajar.
Inilah gambaran dampak drastis pemanasan global, bahwa ujungnya adalah pendinginan global (Global Cooling) yang membuat kita kembali ke Zaman Es (Ice Age). Memang banyak terjadi perdebatan tentang global warming, bahkan disebutkan bahwa global warming hanyalah sebuah hoax omong kosong yang digambarkan dalam adegan perdebatan Presiden Amerika dengan Prof Hall dan NOA. Saat ini, National Oceanic Atmospheric (NOA) Administration yaitu semacam badan pemantau iklim dan samudra banyak menghasilkan pemindaian kawasan-kawasan di muka bumi. Pemindaian satelit NOA banyak dipakai oleh berbagai negara termasuk Indonesia misalnya untuk memantau titik api kebakaran hutan.
Dari pertama nonton film ini sampai ntah yang ke berapa kali sekarang, aku tetap kagum akan efek film yang dibuat. Dan semakin bersemangat menyuarakan Menghijaukan Bumi.
What so amazing effect
Stop Global Warming
Ini postingan yang telah terbenam 3 bulan dalam kompiku pada folder
MyDocuments/attayaya/DuniaHijau
dan menjadi postingan terpanjang yang kuketik sendiri
Sinopsis dari www.movieweb.com
What if we are on the brink of a new Ice Age?
This is the question that haunts climatologist Jack Hall (Dennis Quaid). Hall's research indicates that global warming could trigger an abrupt and catastrophic shift in the planet's climate. The ice cores that he's drilled in Antarctica show that it happened before, ten thousand years ago. And now he's warning officials that it could happen again if they don't act soon. But his warning comes too late.
It all begins when Hall witnesses a piece of ice the size of Rhode Island break off the Antarctic Ice Shelf. Then a series of increasingly severe weather events start to unfold around the globe: hail the size of grapefruit batters Tokyo, record-breaking hurricane winds pound Hawaii; snow falls in New Delhi, and then a devastating series of tornadoes whips through Los Angeles.
A phone call from a colleague in Scotland, Professor Rapson (Ian Holm), confirms Jack's worst fears: these intense weather events are symptoms of a massive global change. Melting polar caps has poured too much fresh water into the oceans and disrupted the currents that stabilize our climate system. Global warming has pushed the planet over the edge and into a new Ice Age. And it all will happen during one global super storm.
While Jack warns the White House of the impending climate shift, his 17 year-old son Sam (Jake Gyllenhaal) finds himself trapped in New York City where he and some friends have been competing in a high school academic competition. He must now cope with the severe flooding and plummeting temperatures in Manhattan. Having taken refuge inside the Manhattan Public Library, Sam manages to reach his father by phone. Jack only has time for one warning: stay inside at all costs.
As full-scale, massive evacuations to the south begin, Jack heads north to New York City to save Sam. But not even Jack is prepared for what is about to happen -- to him, to his son, and to his planet.
The Day After Tomorrow
release date: Friday May 28, 2004
Tuesday October 12, 2004 (dvd/video)
genre: Sci-Fi
running time: 124 min.
director: Roland Emmerich
studio: 20th Century Fox
producer(s): Mark Gordon, Roland Emmerich
screenplay: Roland Emmerich, Jeffrey Nachmanoff
cast: Dennis Quaid, Jake Gyllenhaal, Ian Holm, Emmy Rossum, Sela Ward, Dash Mihok, Kenneth Welsh, Jay O. Sanders, Austin Nichols, Perry King
Film The Day After Tomorrow (TDAT) yang bergenre Scientific-Fiction ini dibuka dengan pemandangan laut kutub utara yang dengan bongkahan es yang tersebar. Bongkahan kecil dan besar yang membentuk daratan es. Pembukaan film ini menyerupai keadaan pada penemuan Aang Sang Avatar (Avatar The Legend of Aang) oleh Katara dan kakak laki-lakinya Sokka yang merupakan warga suku air selatan. Dalam adegan episode ”The Boy in the Iceberg" ini, Katara, remaja wanita yang memiliki ilmu pengendali air dan Sokka menemukan Aang dalam bongkahan es.
Kembali ke TDAT, pada salah satu tempat di daratan es yang luas (mungkin daratan utama kutub utara), terdapat 3 orang peneliti Amerika yang sedang mengambil sampel es bagian dalam dengan cara mengebor (hal yang umum dilakukan untuk mengetahui keadaan tempatan dan global tahun-tahun sebelumnya). Ketika salah seorang peneliti mengebor, terdengar bunyi cukup keras dari dalam rumah kontainer dimana 2 orang peneliti juga berada. Mereka keluar dari rumah kontainer itu dan melihat peneliti yang mengebor itu bengong sambil berkata, ”I didn’t do anything”. Kalimat ini mirip dengan film kartun Mr. Simpsons dimana Bart anak laki-laki Mr. Simpsons, jika hampir tertangkap basah melakukan sesuatu yang konyol selalu berucap ”I didn’t do it, you can’t prove anything”.
Setelah pengebor berucap kalimat di atas, terjadilah penurunan salju pada bidang mesin bor. Untung kedua peneliti lain sempat menarik pengebor yang berada di bidang es yang turun secara mendadak tersebut ke atas. Penurunan salju itu ternyata memanjang membelah area penelitian yang akhirnya membuat celah pemisah yang besar dan panjang. Celah ini bagaikan memisahkan atau membelah daratan salju itu menjadi 2 bagian besar. Dari sinilah dimulai ketegangan dalam film ini.
Adegan berpindah ke sebuah Konferensi Pemanasan Global di New Delhi (The Global Warming Conference in New Delhi) dimana pembicaranya menyampaikan sebuah penemuan bukti tentang cataclysmic climate shift (bencana alam akibat perubahan iklim) yang pernah muncul 10.000 tahun lalu.
The concentration of these natural green gasses in the ice cores indicates that runaway warming pushed earth into ice age which lasted two centuries. ….
Yes, It’s a paradox, but global warming can trigger a cooling trend. The Northern Hemisphere owes its climate to the North atlantic current. Heat from the sun arrives at the equator and is carried north by the ocean. But, global warming is melting the polar ice caps and disrupting this flow. Eventually it will shut down. And when that occurs, there goes our warm climate. ……
I don’t know when it happen. But what I do know is that if we do not act soon, our children and grandchildren will have to pay the price. ……
The cost of doing nothing could be even higher. Our climate is fragile. At the rate we’re burning fossil fuels and polluting the environment, the ice caps will soon disappear. ……
The last chunk of ice that broke off was about the size of Rhode Island. Some people might call that pretty sensational.
Keadaan di luar konferensi digambarkan adanya demonstrasi “Stop Global Warming” dan seorang reporter menyampaikan bahwa terjadi hujan salju. Ya, New Delhi mengalami hujan salju, suatu keanehan perubahan iklim yang ingin disampaikan dalam film ini.
I am at The Global Warming Conference in New Delhi, where if you can believe it, it’s snowing. The coldest weather on record has thrown the city into chaos with numbers of homeless people freezing to death. Demikian dikatakan sang reporter.
Sang pembicara dalam konferensi itu adalah seorang climatologist Profesor Jack Hall (Dennis Quaid) yang menyampaikan teori tentang “abrupt climate shift” (perubahan iklim secara mendadak). Setelah konferensi, Hall bertemu dengan Professor Terry Rapson (Ian Holm)yang bekerja pada The Hedland Center Scotland yang banyak melakukan penelitian iklim laut.
Adegan berpindah ke sebuah bola apung (buoy) yang diletakkan di laut berfungsi untuk memantau keadaan permukaan laut. Saat itu laut telah mengombang-ambingkan bola apung yang memiliki banyak sensor dimana pergerakannya dipantau di Hedland Climate Research Center, Scotland tempat Radson bekerja bersama stafnya. Seorang stafnya melihat bahwa bola apung bernomor NOMAD Buoy 4311 menunjukkan penurunan suhu secara drastis sebesar 13 derajat yang berada di Georges Bank (Inggris?). Sementara di Chiyoda District Tokyo terjadi hujan batu es secara mendadak. Juga dinampakkan pemandangan dari stasiun luar angkasa terhadap munculnya 3 bagai besar di bumi. Keanehan semakin bertambah dengan berbunyinya beberapa alarm NOMAD Buoy pemantau suhu laut dimana suhu turun makin drastis.
Adegan berpindah-pindah secara cepat, sampai pada perpindahan burung secara besar-besaran melintas di atas kota New York. Penduduk kota New York hanya bisa memandang keanehan tersebut. Bahkan hewan-hewan di kebun binatang New York pun ikut gelisah.
Telepon Profesor Rapson di Scotland kepada Profesor Hall di New York pada tengah malam yang melaporkan tentang alarm dari banyak Nomad Buoy merujuk kepada perubahan drastis suhu permukaan laut, membuat Hall tidak percaya bahwa prediksi cuaca yang disampaikannya pada konferensi terlalu cepat. Malam itu juga badai besar melanda seluruh kota di Amerika dari pantai timur sampai ke pantai barat. Badai yang tidak pernah diprediksikan oleh badan meteorologi setempat. Badai ini sangat besar dan cepat bergerak serta membentuk tornado yang juga besar, menghancurkan segala benda yang dilewatinya. Los Angeles hancur lebur. Ternyata badai besar juga terjadi di Asia dan Eropa. Badai ini pun mengakibatkan pergerakan gelombang air laut yang tidak wajar yaitu berupa tsunami yang menghantam seluruh daratan. Kota New York tenggelam dalam air laut. Ketiga badai, di kawasan Amerika, Asia dan Eropa, itupun dalam beberapa jam menyatu dan membentuk badan besar. Dalam adegan tsunami di New York, terdapat suatu adegan dimana sebuah kapal tanker besar memasuki kota karena airnya laut yang tinggi. Hal ini mirip dengan kejadian tsunami sebenarnya di Aceh yang menyebabkan kapal pembangkit listrik masuk ke daratan sejauh 3 km. Sekarang, kapal ini dijadikan tugu peringatan tsunami Aceh.
Penurunan suhu drastis menyebabkan air laut yang telah naik ke daratan membeku secara cepat. Penurunan akan semakin cepat jika kawasan tersebut dilewati oleh Storm Eye (pusat badai). Pusat badai tidak menimbulkan angin sedikitpun, diam dan tidak ada pergerakan angin. Tetapi pusat badai inilah yang sangat membahayakan. Digambarkan pusat badai ini membekukan apapun yang berada di dalamnya.
Pada akhir film, digambarkan setengah bumi dari utara sampai ke dekat garis ekuator telah tertutup salju. Hal ini agak aneh, karena di bagian selatan sampai ke kutub selatan keadaan masih wajar.
Inilah gambaran dampak drastis pemanasan global, bahwa ujungnya adalah pendinginan global (Global Cooling) yang membuat kita kembali ke Zaman Es (Ice Age). Memang banyak terjadi perdebatan tentang global warming, bahkan disebutkan bahwa global warming hanyalah sebuah hoax omong kosong yang digambarkan dalam adegan perdebatan Presiden Amerika dengan Prof Hall dan NOA. Saat ini, National Oceanic Atmospheric (NOA) Administration yaitu semacam badan pemantau iklim dan samudra banyak menghasilkan pemindaian kawasan-kawasan di muka bumi. Pemindaian satelit NOA banyak dipakai oleh berbagai negara termasuk Indonesia misalnya untuk memantau titik api kebakaran hutan.
Dari pertama nonton film ini sampai ntah yang ke berapa kali sekarang, aku tetap kagum akan efek film yang dibuat. Dan semakin bersemangat menyuarakan Menghijaukan Bumi.
What so amazing effect
Stop Global Warming
Ini postingan yang telah terbenam 3 bulan dalam kompiku pada folder
MyDocuments/attayaya/DuniaHijau
dan menjadi postingan terpanjang yang kuketik sendiri
Sinopsis dari www.movieweb.com
What if we are on the brink of a new Ice Age?
This is the question that haunts climatologist Jack Hall (Dennis Quaid). Hall's research indicates that global warming could trigger an abrupt and catastrophic shift in the planet's climate. The ice cores that he's drilled in Antarctica show that it happened before, ten thousand years ago. And now he's warning officials that it could happen again if they don't act soon. But his warning comes too late.
It all begins when Hall witnesses a piece of ice the size of Rhode Island break off the Antarctic Ice Shelf. Then a series of increasingly severe weather events start to unfold around the globe: hail the size of grapefruit batters Tokyo, record-breaking hurricane winds pound Hawaii; snow falls in New Delhi, and then a devastating series of tornadoes whips through Los Angeles.
A phone call from a colleague in Scotland, Professor Rapson (Ian Holm), confirms Jack's worst fears: these intense weather events are symptoms of a massive global change. Melting polar caps has poured too much fresh water into the oceans and disrupted the currents that stabilize our climate system. Global warming has pushed the planet over the edge and into a new Ice Age. And it all will happen during one global super storm.
While Jack warns the White House of the impending climate shift, his 17 year-old son Sam (Jake Gyllenhaal) finds himself trapped in New York City where he and some friends have been competing in a high school academic competition. He must now cope with the severe flooding and plummeting temperatures in Manhattan. Having taken refuge inside the Manhattan Public Library, Sam manages to reach his father by phone. Jack only has time for one warning: stay inside at all costs.
As full-scale, massive evacuations to the south begin, Jack heads north to New York City to save Sam. But not even Jack is prepared for what is about to happen -- to him, to his son, and to his planet.
The Day After Tomorrow
release date: Friday May 28, 2004
Tuesday October 12, 2004 (dvd/video)
genre: Sci-Fi
running time: 124 min.
director: Roland Emmerich
studio: 20th Century Fox
producer(s): Mark Gordon, Roland Emmerich
screenplay: Roland Emmerich, Jeffrey Nachmanoff
cast: Dennis Quaid, Jake Gyllenhaal, Ian Holm, Emmy Rossum, Sela Ward, Dash Mihok, Kenneth Welsh, Jay O. Sanders, Austin Nichols, Perry King