Sentilan Sentilun merupakan salah satu acara di MetroTv dalam Special Program yang ditayangkan di malam hari. Acara ini merupakan perbincangan 2 orang tokoh utama yaitu Pak Sentilan dan pembantunya (batur) Mas Sentilun. 2 tokoh yang membincangkan dengan gaya yang renyah dan bersahaja dan umumnya berlogat Jawa. Logat Jawa dipakai mungkin karena tokoh utamanya lebih banyak bergaul dengan orang Jawa di seputarannya. Pak Sentilan yang diperankan Slamet Rahardjo juga kadang dipanggil oleh mas Sentilun dengan "ndoro" alias tuan yang lebih tahu banyak tentang berbagai hal. Sedangkan mas Sentilun diperankan oleh Butet Kertaradjasa yang memainkan peran batur/pembantu yang sedikit ceriwis dan kritis serta selalu ingin tahu. Kedua tokoh tersebut, juga kadang dibantu dengan kehadiran tokoh lainnya seperti Markonah Janda Sebelah yang sumringah dan diperankan oleh Happy Salma.
Pak Sentilan menggunakan baju larik (?) berkain sarung khas Jawa dengan kacamata serta duduk di kursi goyang. Sedangkan mas Sentilun menggunakan baju safari dah agak lusuh, disampiri dengan kain lap kumal, berkacamata, berkopiah lusuh. Butet memerankan dengan merubah mimik muka dengan memajukan sedikit gigi bawahnya, sehingga nampak khas sangat merakyat, rakyat jelata.
Perbincangan kedua tokoh ini merupakan sketsa-sketsa pendek yang ingin disampaikan kepada pemirsa untuk mengkritik dengan kata lain "menyentil" fenomena yang terjadi di masyarakat, pemerintahan, panggung politik, bahkan nyrempet ke artis, bahkan juga BUMN semacam PLN pun kena sentil dalam episode "Perusahaan Lilin Negara".
Dari perbincangan yang renyah kedua tokoh tersebut, kadang keluar jargon-jargon Jawa yang sangat renyah juga di kuping semisal "mbelgedeh" yang sering diucapkan oleh pak Sentilan ketika mendengar ulasan mas Sentilun yang agak nyeleneh atau ngawur atau terlalu mengkritik. Sedangkan mas Sentilun akan selalu berucap "Menurut analisis saya!" jika menemukan ide, saran, ulasan atau kritikan tambahan atas perbincangan terjadi. Biasanya, mas Sentilun cuma bilang "Menurut......" yang disambung oleh penonton "....analisis saya!". Sangat khas mempengaruhi dan menghanyutkan penonton.
Hal ini mengingatkanku akan buku "Mangan Ora Mangan Kumpul" karya Umar Kayam yang terbit pada September 1990 (waaaah 20 tahun yang lalu). Buku ini merupakan "Sketsa-sketsa Umar Kayam" dari Kumpulan kolom dalam harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta dari 12 Mei 1987 s/d 30 Januari 1990. Aku memiliki cetakan ke-IV yang dicetak Maret 1993 yang harganya masih Rp.10.000,- dibeli di toko buku Sari Anggrek di Padang. Buku ini diterbitkan oleh PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Sangat mirip kejadian antara "Sentilan Sentilun" dengan "Mangan Ora Mangan Kumpul" yaitu pada penokohan 2 tokoh utamanya yaitu adanya "ndoro/tuan" dan "pembantu/batur" yang selalu memperbincangkan tentang fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam sketsa Umar Kayam tokoh utama ndoro disebut Pak Ageng sedangkan pembantunya disebut Mr. Rigen.
thus...
Menurut........... analisis saya
Setelah ini, direncanakan akan memosting tentang "Sketsa-sketsa Umar Kayam" dari ketiga bukunya.
Kalo sempet jiahahahahaha....
be there!
Video, mp3, 3gp, flv, sentilan sentilun metrotv
Pak Sentilan menggunakan baju larik (?) berkain sarung khas Jawa dengan kacamata serta duduk di kursi goyang. Sedangkan mas Sentilun menggunakan baju safari dah agak lusuh, disampiri dengan kain lap kumal, berkacamata, berkopiah lusuh. Butet memerankan dengan merubah mimik muka dengan memajukan sedikit gigi bawahnya, sehingga nampak khas sangat merakyat, rakyat jelata.
Perbincangan kedua tokoh ini merupakan sketsa-sketsa pendek yang ingin disampaikan kepada pemirsa untuk mengkritik dengan kata lain "menyentil" fenomena yang terjadi di masyarakat, pemerintahan, panggung politik, bahkan nyrempet ke artis, bahkan juga BUMN semacam PLN pun kena sentil dalam episode "Perusahaan Lilin Negara".
Dari perbincangan yang renyah kedua tokoh tersebut, kadang keluar jargon-jargon Jawa yang sangat renyah juga di kuping semisal "mbelgedeh" yang sering diucapkan oleh pak Sentilan ketika mendengar ulasan mas Sentilun yang agak nyeleneh atau ngawur atau terlalu mengkritik. Sedangkan mas Sentilun akan selalu berucap "Menurut analisis saya!" jika menemukan ide, saran, ulasan atau kritikan tambahan atas perbincangan terjadi. Biasanya, mas Sentilun cuma bilang "Menurut......" yang disambung oleh penonton "....analisis saya!". Sangat khas mempengaruhi dan menghanyutkan penonton.
Hal ini mengingatkanku akan buku "Mangan Ora Mangan Kumpul" karya Umar Kayam yang terbit pada September 1990 (waaaah 20 tahun yang lalu). Buku ini merupakan "Sketsa-sketsa Umar Kayam" dari Kumpulan kolom dalam harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta dari 12 Mei 1987 s/d 30 Januari 1990. Aku memiliki cetakan ke-IV yang dicetak Maret 1993 yang harganya masih Rp.10.000,- dibeli di toko buku Sari Anggrek di Padang. Buku ini diterbitkan oleh PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Sangat mirip kejadian antara "Sentilan Sentilun" dengan "Mangan Ora Mangan Kumpul" yaitu pada penokohan 2 tokoh utamanya yaitu adanya "ndoro/tuan" dan "pembantu/batur" yang selalu memperbincangkan tentang fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam sketsa Umar Kayam tokoh utama ndoro disebut Pak Ageng sedangkan pembantunya disebut Mr. Rigen.
thus...
Menurut........... analisis saya
Setelah ini, direncanakan akan memosting tentang "Sketsa-sketsa Umar Kayam" dari ketiga bukunya.
Kalo sempet jiahahahahaha....
be there!
Video, mp3, 3gp, flv, sentilan sentilun metrotv
Sumber :
metrotvnews
facebook
metrotvnews