nibung bangsai bertaruk muda
Flora Identitas provinsi Riau adalah Nibung (Oncosperma tigillarium) merupakan tanaman sejenis palma (palem) yang tumbuh di Asia Tenggara termasuk hampir di seluruh wilayah Indonesia. Nibung (Oncosperma tigillarium) termasuk kelompok Palem yang biasanya tumbuh liar, tumbuh berumpun seperti bambu. Satu Palem Nibung memiliki 5-30 anakan. Tinggi batang/pohon Nibung dapat mencapai 30 meter, lurus dan berduri, garis tengah batang sekitar 20 cm. Batang dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam.
Pohon Nibung yang banyak tumbuh di Riau dianggap sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat Riau karenanya tidak heran jika pohon Nibung ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Riau. Pohon Nibung yang bentuknya seperti Pinang dan batangnya juga tahan ratusan tahun meski terendam di dalam air laut biasanya tumbuh di sekitar pantai, seperti di daerah Kecamatan Teluk Meranti dan Kuala Kampar - Riau. Bahkan pada jaman kerajaan dahulu saking kerasnya kayu Nibung ini digunakan sebagai Paku/Pantek yang menghubungkan dua bagian kayu. Pohon Nibung juga bisa digunakan untuk lantai dan pipa saluran air. Daun pohon Nibung digunakan untuk atap rumah dan anyaman keranjang. Bunga Nibung dapat mengharumkan beras yang disimpan. Umbut dan kuncup perbungaan dapat dibuat sayur serta buahnya dapat pula dipakai sebagai teman makan sirih pengganti pinang. Duri Nibung yang disebut pating dipakai sebagai paku bangunan sesaji dalam upacara adat. Tonggak-tonggak "kelong" atau "bagan" di laut untuk menangkap ikan pun dibuat dari pohon nibung yang dibenamkan ke dasar laut.
Palem Nibung sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Riau sejak dahulu kala. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa tempat misalnya, Tanjung Nibung, Teluk Nibung yang mengabadikan nama tumbuhan tersebut. Selain itu keterkaitan ini nampak pula dalam pantun ataupun ungkapan tradisionalnya. Dalam upacara adat Tongkat Nibung/Tongkat Ruyung sebagai lambang besarnya peranan nibung di masa silam terhadap kehidupan kebudayaan Melayu Riau. Sehingga Tongkat Nibung dapat dijadikan semacam lambang kehormatan bagi seseorang yang dianggap berjasa ataupun orang yang dijadikan sesepuh atau dituakan serta dihormati.
Kayu nibung sangatlah kuat dan tahan lapuk sehingga banyak dipakai sebagai tiang rumah-rumah daerah pesisir sungai do Sumatera dan Kalimantan. Kayunya juga dipakai untuk jala ikan (di Kalimantan). Hal ini didasari oleh penelitian Balai Arkeologi Palembang yang menemukan permukiman-permukiman kuno Abad 11-13 di kawasan lahan bergambut Delta Berbak / Delta Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Dari kegiatan penelitian yang berlangsung hingga tiga kali, dan berakhir 26 Mei 2008 lalu, tim mendapati banyak tonggak kayu nibung yang biasa digunakan sebagai pondasi rumah warga di kawasan bergambut pada masa lalu. Tonggak kayu masih tertancap di atas tanah, namun tim tidak lagi menemukan ada bangunan di atasnya. Adanya kayu nibung yang masih membentuk tonggak ini menjadi indikasi kuat adanya permukiman. Sisa aktivitas manusia juga diketahui dengan temuan banyaknya keramik dengan motif hias, pasak kayu dan jalinan tali ijuk, serta gerabah yang diperkirakan merupakan peninggalan masa Dinasti Song, Abad 11-13. Selain itu, tim peneliti juga mendapati sejumlah keramik, gerabah, dan manik-manik peninggalan masa Dinasti Song.
Kekuatan pohon nibung pun bahkan menjadi pepatah nibung bangsai bertaruk muda yang menggambarkan tentang manusia yang masih berjiwa muda dan kuat, sekuat pohon nibung.
Dimana pohon nibung hidup, disitu sumber mata air jernih ada, begitulah kata orang-tua-tua dahulu. Pohon nibung hidup bergerombol dengan 5-30 anakan. Daun pohon nibung tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) hampir mirip daun kelapa ujungnya agak melengkung dan anak-anak daun menunduk sehingga tajuknya nampak indah. Warna tangkai perbungaan kuning cerah. Bunga pohon Nibung berbentuk tandan seperti mayang kelapa yang menggantung, warna bulir kuning keunguan. Dalam setiap mayang ada 2 jenis bunga, bunga jantan dan bunga betina. Umumnya 1 bunga betina diapit oleh 2 bunga jantan. Seludang pembungkus perbungaannya juga berduri. Buahnya bundar, berbiji satu permukaan halus warna ungu gelap.
Pohon Nibung (Oncosperma tigillarium) yang dalam berbagai bahasa
* Nibung (Batak)
* Libung (Aceh)
* Alibuk (Mentawai)
* Hoya (Nias)
* Hanibung (Lampung)
* Kandibong (Sampit)
* Erang, Handiwung, Liwung (Sunda)
* Gendiwung (Jawa)
* Nibong atau Palm (Inggris)
Klasifikasi ilmiah Pohon Nibung (Oncosperma tigillarium) :
Kerajaan: Plantae.
Divisi: Magnoliophyta.
Kelas: Liliopsida.
Ordo: Arecales.
Famili: Arecaceae.
Genus: Oncosperma.
Spesies: Oncosperma tigillarium.
Nama binomial: Oncosperma tigillarium Sinonim: Oncosperma filamentosum
Pohon Nibung yang banyak tumbuh di Riau dianggap sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat Riau karenanya tidak heran jika pohon Nibung ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Riau. Pohon Nibung yang bentuknya seperti Pinang dan batangnya juga tahan ratusan tahun meski terendam di dalam air laut biasanya tumbuh di sekitar pantai, seperti di daerah Kecamatan Teluk Meranti dan Kuala Kampar - Riau. Bahkan pada jaman kerajaan dahulu saking kerasnya kayu Nibung ini digunakan sebagai Paku/Pantek yang menghubungkan dua bagian kayu. Pohon Nibung juga bisa digunakan untuk lantai dan pipa saluran air. Daun pohon Nibung digunakan untuk atap rumah dan anyaman keranjang. Bunga Nibung dapat mengharumkan beras yang disimpan. Umbut dan kuncup perbungaan dapat dibuat sayur serta buahnya dapat pula dipakai sebagai teman makan sirih pengganti pinang. Duri Nibung yang disebut pating dipakai sebagai paku bangunan sesaji dalam upacara adat. Tonggak-tonggak "kelong" atau "bagan" di laut untuk menangkap ikan pun dibuat dari pohon nibung yang dibenamkan ke dasar laut.
Palem Nibung sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Riau sejak dahulu kala. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa tempat misalnya, Tanjung Nibung, Teluk Nibung yang mengabadikan nama tumbuhan tersebut. Selain itu keterkaitan ini nampak pula dalam pantun ataupun ungkapan tradisionalnya. Dalam upacara adat Tongkat Nibung/Tongkat Ruyung sebagai lambang besarnya peranan nibung di masa silam terhadap kehidupan kebudayaan Melayu Riau. Sehingga Tongkat Nibung dapat dijadikan semacam lambang kehormatan bagi seseorang yang dianggap berjasa ataupun orang yang dijadikan sesepuh atau dituakan serta dihormati.
Kayu nibung sangatlah kuat dan tahan lapuk sehingga banyak dipakai sebagai tiang rumah-rumah daerah pesisir sungai do Sumatera dan Kalimantan. Kayunya juga dipakai untuk jala ikan (di Kalimantan). Hal ini didasari oleh penelitian Balai Arkeologi Palembang yang menemukan permukiman-permukiman kuno Abad 11-13 di kawasan lahan bergambut Delta Berbak / Delta Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Dari kegiatan penelitian yang berlangsung hingga tiga kali, dan berakhir 26 Mei 2008 lalu, tim mendapati banyak tonggak kayu nibung yang biasa digunakan sebagai pondasi rumah warga di kawasan bergambut pada masa lalu. Tonggak kayu masih tertancap di atas tanah, namun tim tidak lagi menemukan ada bangunan di atasnya. Adanya kayu nibung yang masih membentuk tonggak ini menjadi indikasi kuat adanya permukiman. Sisa aktivitas manusia juga diketahui dengan temuan banyaknya keramik dengan motif hias, pasak kayu dan jalinan tali ijuk, serta gerabah yang diperkirakan merupakan peninggalan masa Dinasti Song, Abad 11-13. Selain itu, tim peneliti juga mendapati sejumlah keramik, gerabah, dan manik-manik peninggalan masa Dinasti Song.
Kekuatan pohon nibung pun bahkan menjadi pepatah nibung bangsai bertaruk muda yang menggambarkan tentang manusia yang masih berjiwa muda dan kuat, sekuat pohon nibung.
Dimana pohon nibung hidup, disitu sumber mata air jernih ada, begitulah kata orang-tua-tua dahulu. Pohon nibung hidup bergerombol dengan 5-30 anakan. Daun pohon nibung tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) hampir mirip daun kelapa ujungnya agak melengkung dan anak-anak daun menunduk sehingga tajuknya nampak indah. Warna tangkai perbungaan kuning cerah. Bunga pohon Nibung berbentuk tandan seperti mayang kelapa yang menggantung, warna bulir kuning keunguan. Dalam setiap mayang ada 2 jenis bunga, bunga jantan dan bunga betina. Umumnya 1 bunga betina diapit oleh 2 bunga jantan. Seludang pembungkus perbungaannya juga berduri. Buahnya bundar, berbiji satu permukaan halus warna ungu gelap.
Pohon Nibung (Oncosperma tigillarium) yang dalam berbagai bahasa
* Nibung (Batak)
* Libung (Aceh)
* Alibuk (Mentawai)
* Hoya (Nias)
* Hanibung (Lampung)
* Kandibong (Sampit)
* Erang, Handiwung, Liwung (Sunda)
* Gendiwung (Jawa)
* Nibong atau Palm (Inggris)
Klasifikasi ilmiah Pohon Nibung (Oncosperma tigillarium) :
Kerajaan: Plantae.
Divisi: Magnoliophyta.
Kelas: Liliopsida.
Ordo: Arecales.
Famili: Arecaceae.
Genus: Oncosperma.
Spesies: Oncosperma tigillarium.
Nama binomial: Oncosperma tigillarium Sinonim: Oncosperma filamentosum
Sumber Tulisan dan Gambar :
- http://alamendah.wordpress.com
- http://www.pacsoa.org.au/palms/Oncosperma/tigillarium.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Nibung
- http://www.riau.go.id/index.php?mod=isi&id_news=2296
- http://www.proseanet.org/florakita/browser.php?docsid=850
- http://bk.menlh.go.id/?module=florafauna&opt=flora&id=4
- http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/04/18283644/bekas.permukiman.kuno.di.delta.sabak.ditemukan
- http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Propinsi/Kepulauan-Riau/Flora/Nibung