SUATU hari...
Kudatangi ia dengan senyum yang paling canggih yang pernah dilemparkan oleh mulutku yang bau asem asap rokok. Dia pun melemparkan senyumnya dengan keras hampir nyemplung tuh senyum ke dalam got.
Bukannya aku yang harus duluan menyapanya dengan kata-kata yang berhias jambul burung merak, eeeh malah ia duluan mengeluarkan suara sapaan bagai gemuruh petir selaksa menyambar bumi.
"Selamat siang bang, ada yang bisa saya bantai?", tanyanya dengan senyum menawan berkat rajin olahraga (ahhh sok tau ahhh).
"Siang mba, sapi tetangga saya mo dibantai untuk qorban lebaran Haji", kataku dengan senyum yang sok-sok diramahin alias senyum super canggih.
"Saya tahu permasalahan abang, bahwa abang mau kirim uang via WU khan?", jelasnya.
"lhaaaa eyaaalahhh, khan ini loket WU", senyumku mencoba dikembangkan bagai busa kesiram air seperti spongebob.
"Saya tahu bahwa ongkos WU cukup mahal sekitar seratus dua belas ribu rupiah (ditulis pake kapur barus : Rp.112.000). Saya tahu abang ga cukup uangnya untuk membayar ongkos itu, karena utang abang di warung bakso masih belom dibayar", cerocos mba ini.
"Saya tahu perasaan mba kepada abang bahwa mba sangat menyukai abang dan hendak mengajak menikah dengan biaya seratus dua belas ribu rupiah. Tetapi maaf, abang sedang mau menyanyikan lagu "kutunggu jandamu" kepada Rosa. Kalaupun meleset, dapet Manohara pun jadilah", jelasku kemudian yang sebenarnya ga jelas.
bla..
bla...
bla....
DRAFT INI TIDAK PERNAH SELESAI, MPE AKHIRNYA DIPUBLISH APA ADANYA. KALIMATNYA MASIH KASAR DAN ACAKADUT.
REKAAN BERCAMPUR KENYATAAN TENTANG KEJADIANKU MENGIRIM UANG VIA WU (WESTERN UNION).
Kudatangi ia dengan senyum yang paling canggih yang pernah dilemparkan oleh mulutku yang bau asem asap rokok. Dia pun melemparkan senyumnya dengan keras hampir nyemplung tuh senyum ke dalam got.
Bukannya aku yang harus duluan menyapanya dengan kata-kata yang berhias jambul burung merak, eeeh malah ia duluan mengeluarkan suara sapaan bagai gemuruh petir selaksa menyambar bumi.
"Selamat siang bang, ada yang bisa saya bantai?", tanyanya dengan senyum menawan berkat rajin olahraga (ahhh sok tau ahhh).
"Siang mba, sapi tetangga saya mo dibantai untuk qorban lebaran Haji", kataku dengan senyum yang sok-sok diramahin alias senyum super canggih.
"Saya tahu permasalahan abang, bahwa abang mau kirim uang via WU khan?", jelasnya.
"lhaaaa eyaaalahhh, khan ini loket WU", senyumku mencoba dikembangkan bagai busa kesiram air seperti spongebob.
"Saya tahu bahwa ongkos WU cukup mahal sekitar seratus dua belas ribu rupiah (ditulis pake kapur barus : Rp.112.000). Saya tahu abang ga cukup uangnya untuk membayar ongkos itu, karena utang abang di warung bakso masih belom dibayar", cerocos mba ini.
"Saya tahu perasaan mba kepada abang bahwa mba sangat menyukai abang dan hendak mengajak menikah dengan biaya seratus dua belas ribu rupiah. Tetapi maaf, abang sedang mau menyanyikan lagu "kutunggu jandamu" kepada Rosa. Kalaupun meleset, dapet Manohara pun jadilah", jelasku kemudian yang sebenarnya ga jelas.
bla..
bla...
bla....
DRAFT INI TIDAK PERNAH SELESAI, MPE AKHIRNYA DIPUBLISH APA ADANYA. KALIMATNYA MASIH KASAR DAN ACAKADUT.
REKAAN BERCAMPUR KENYATAAN TENTANG KEJADIANKU MENGIRIM UANG VIA WU (WESTERN UNION).
MERDEKA BUNG!!!