TIRTA MARTA, SEBUAH PERUSAHAAN DARI TANGERANG, JULI LALU MENGUMUMKAN TELAH MENGELUARKAN KANTONG PLASTIK YANG DAPAT TERURAI DALAM WAKTU 2 TAHUN. Oxium, begitu namanya, mempersingkat waktu penguraian plastik dari semula sekitar seribu tahun lamanya.
Plastic memang tidak beracun, tapi jika dibuang sembarangan, dapat mengganggu lingkungan. Daya tahan plastik, menurut Presiden Direktur Tirta Marta, Sugianto Tandio, karena kestabilan fisiko kimianya yang sangat kuat. Struktur plastik berupa polimer dengan unsur utama karbon dan hidrogen. Polimer itu mirip rantai, dan karbon sebagai anak rantainya yang terikat erat. Sedangkan setiap karbon akan tersambung dengan hidrogen. Kaitan antara karbon dengan karbon atau karbon dengan hidrogen ini sangat kuat, sulit diceraiberaikan.
TIRTA Marta mengembangkan zat tambahan dapat membuat karbon dan hidrogen tidak lagi sekukuh sebelumnya. Jika terkena oksigen dari udara, sinar matahari, atau panas, plastik ini akan berubah menjadi karbondioksida, air serta biomassa yang tidak berbahaya bagi tanah.
Butuh tak kurang dari delapan tahun bagi Tirta Marta untuk mengembangkan teknologi yang baru di Indonesia ini. Sedangkan di luar negeri, yang memasarkan teknologi serupa adalah EPI dari Kanada dan D2W dari Inggris.
Menurut perhitungan Tirta Marta, penggunaan plastik di Indonesia setiap tahun kira-kira tiga juta ton. Tak heran bila plastik menjadi masalah di tempat pembuangan sampah. Plastik sulit membusuk atau terurai. Berbeda dengan kertas.
Teknologi plastik mudah terurai juga bisa berasal dari tanaman berkarbohidrat seperti jagung atau singkong. Plastik ini bisa Anda buat sendiri berbekal petunjuk di internet. “ Tapi plastik jagung bisa lebih mahal 500 persen,” kata Sugianto
Plastic memang tidak beracun, tapi jika dibuang sembarangan, dapat mengganggu lingkungan. Daya tahan plastik, menurut Presiden Direktur Tirta Marta, Sugianto Tandio, karena kestabilan fisiko kimianya yang sangat kuat. Struktur plastik berupa polimer dengan unsur utama karbon dan hidrogen. Polimer itu mirip rantai, dan karbon sebagai anak rantainya yang terikat erat. Sedangkan setiap karbon akan tersambung dengan hidrogen. Kaitan antara karbon dengan karbon atau karbon dengan hidrogen ini sangat kuat, sulit diceraiberaikan.
TIRTA Marta mengembangkan zat tambahan dapat membuat karbon dan hidrogen tidak lagi sekukuh sebelumnya. Jika terkena oksigen dari udara, sinar matahari, atau panas, plastik ini akan berubah menjadi karbondioksida, air serta biomassa yang tidak berbahaya bagi tanah.
Butuh tak kurang dari delapan tahun bagi Tirta Marta untuk mengembangkan teknologi yang baru di Indonesia ini. Sedangkan di luar negeri, yang memasarkan teknologi serupa adalah EPI dari Kanada dan D2W dari Inggris.
Menurut perhitungan Tirta Marta, penggunaan plastik di Indonesia setiap tahun kira-kira tiga juta ton. Tak heran bila plastik menjadi masalah di tempat pembuangan sampah. Plastik sulit membusuk atau terurai. Berbeda dengan kertas.
Teknologi plastik mudah terurai juga bisa berasal dari tanaman berkarbohidrat seperti jagung atau singkong. Plastik ini bisa Anda buat sendiri berbekal petunjuk di internet. “ Tapi plastik jagung bisa lebih mahal 500 persen,” kata Sugianto
Sumber :
Fotocopy majalah yang tak tertera namanya (maaf)
Fotocopy majalah yang tak tertera namanya (maaf)