Save Our Earth
With Our Heart
With Our Heart
Hiaaaaaaaaatt... ctaak..ctaaak.... daun pun berguguran. Daun berguguran ini bukan karena musim semi, tetapi akibat seorang anak kecil yang menyebat daun-daun pohon jambu hijau segar itu dengan sebatang ranting yang didapatnya di sekitar pohon itu.
Hiaaaaaaatt.... anak kecil itu mengulang lagi kelakuannya sehingga makin banyak daun jambu itu berguguran. Mungkin dia berpikir mau menjadi pendekar bagaikan Hang Tuah atau bagaikan Laksamana Laut menghajar para pelanun ataupun perompak laut. Lanun rompak laut ini pun tidak pernah dilihatnya secara nyata, hanya didapat dari cerita emaknya yang asli dari daerah pulau.
Hiiiii........ anak kecil itu mau mengulang lagi kelakuannya, tapi tak sempat menyelesaikan teriakannya karena keburu ada teriakan lain dari dalam rumah. Teriakan ini tak lain dan tak bukan adalah teriakan emak anak kecil itu.
"Ataaaaaaaan.......!", menggelegar suara emak bagai mau membelah langit tujuh lapis.
"Jangan merusak pohon itu ya nak, pohon itu nanti menangis", kali ini emak tak teriak, berkata pelan tapi sangat cukup untuk didengar. Suara emak masuk ke gendang telinga anak kecil yang ternyata bernama Atan itu, bahkan masuk sampai ke relung hatinya yang membuat Atan berdiri mematung tiada gerak. Hanya terdengar suara napasnya yang tersengal-sengal habis meloncat-loncat menyebat daun pohon jambu itu.
"Ya mak. Atan tak rusak pohon lagi", kata Atan menyahut kata-kata emaknya.
Kemudian emak memanggil Atan untuk naik ke teras rumah dan minum teh. Ternyata emak membawa dua gelas teh dan setoples roti Gabin. Entah mengapa roti yang banyak beredar di daerah Melayu itu disebut roti Gabin, bukan pula disebut roti Gabon, roti Gorbachev, roti Gerbong, atau apapunlah namanya. Roti yang berbentuk segi empat itu merupakan kesukaan Atan yang dimakan dengan mencelupnya ke dalam air teh manis. Sore ini emak hanya membawa roti Gabin itu saja, hari-hari lain emak membawa kue Cengkarok yang juga merupakan kesukaan Atan. Hmmmm… untung namanya bukan kue Cengkareng. Terkadang emak membawa kue/roti Jim atau Gim yaitu kue kering sebesar jempol yang diatasnya diberi sejumput gula kering berwarna hijau, merah ataupun kuning.
Sambil menyeruput teh manis itu emak suka bercakap-cakap, kadang bercakap hal-hal sekolah, teman-teman, bahkan sampai ke permainan anak-anak seperti main kasti, patuk lele, guli ataupun kelereng. Ujung-ujung dari setiap percakapan itu, apapun masalah yang dicakapkan, adalah nasihat kehidupan. Nasihat-nasihat yang berguna untuk hidup kelak di kemudian hari. Mungkin Atan belum bisa berpikir bahwa dari permainan guli, yang di daerah lain menyebutnya main kelereng, terselip nasihat kehidupan terutama mengenai kepemimpinan dan kebersamaan. Begitulah emak.
Tak luput dengan kejadian tadi, yang tak sedap di mata emak. Hal-hal yang merusak sesuatu merupakan hal yang tak diinginkan emak. Apalagi tadi Atan merusak daun pohon jambu yang telah ada di depan rumah mereka sejak lama dan tentunya selalu berbuah manis pada musimnya.
Emak sangat suka menanam menyayangi tetumbuhan dan hewan. Sebagian untuk menutupi kebutuhan bumbu dapur seperti jahe, kencur, alia, serai dan ada juga daun sirih. Semua di tanam di halaman belakang dan samping rumah. Di halaman depan emak menanam tetumbuhan lain. Lihatlah anggreknya yang tumbuh segar dan berbunga indah. Dan tidak sedikit kucing terlantar yang emak pelihara.
Menyayangi tetumbuhan adalah sebagian dari iman. Iman kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan manusia dan makhluk hidup serta seluruh isi alam ini. Menurut emak dengan pengetahuan agama seadanya mengatakan juga bahwa Iman ada di hati. Emak menjelaskan lebih lanjut, bahwa untuk melaksanakan sebagian keimanan kepada Sang Pencipta adalah dengan menyayangi tetumbuhan, dimulai dengan hati yang terpelihara sehingga tetumbuhan itu bisa hidup tanpa dirusak untuk kebutuhan manusia. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan di dapur seperti bumbu rempah, kebutuhan ketenangan mata dengan melihat tetumbuhan yang tumbuh segar, dan juga bisa memenuhi kebutuhan penyegaran tubuh secara keseluruhan. Mana ada manusia yang tahan dengan udara panas, kata emak. Tetumbuhan itulah yang menjadi penyejuknya, lanjut emak pula.
Kalau badan mau selamat,
janganlah berlaku bejat.
Kalaulah hendak masuk surga,
tanam tetumbuhan penyegar mata.
Begitu pantun seadanya yang emak sampaikan. Walaupun emak cuma bilang tetumbuhan penyegar mata, sebenarnya hal itu bisa lebih luas lagi maknanya. Bukan saja sekedar menanam tetumbuhan bunga, tapi bisa juga dengan menanam tetumbuhan lain yang bisa menjadi penyejuk, sekurang-kurangnya penyejuk di sekitar rumah, apalagi bisa menjadi penyejuk lingkungan yang lebih luas.
Kalau lingkungan sudah sejuk, hidup pun akan senang. Lingkungan sejuk itu hanya bisa didapat dengan adanya tetumbuhan. Tetumbuhan bisa tumbuh jika ada yang menanam, memelihara dan menyayangi. Rasa sayang itu ada di hati.
Bumi terselamatkan dari hati yang penuh kasih sayang yang dalam bahasa orang tetangga sebelah :
Save our earth with our heart.
Keterangan :
me•nye•bat v, se•bat v : 1 memukul dng barang yg kecil dan tidak kaku (menyabet).
tersengal-sengal : ngos-ngosan
Lanun, rompak : perampok, bajak laut.
Hiaaaaaaatt.... anak kecil itu mengulang lagi kelakuannya sehingga makin banyak daun jambu itu berguguran. Mungkin dia berpikir mau menjadi pendekar bagaikan Hang Tuah atau bagaikan Laksamana Laut menghajar para pelanun ataupun perompak laut. Lanun rompak laut ini pun tidak pernah dilihatnya secara nyata, hanya didapat dari cerita emaknya yang asli dari daerah pulau.
Hiiiii........ anak kecil itu mau mengulang lagi kelakuannya, tapi tak sempat menyelesaikan teriakannya karena keburu ada teriakan lain dari dalam rumah. Teriakan ini tak lain dan tak bukan adalah teriakan emak anak kecil itu.
"Ataaaaaaaan.......!", menggelegar suara emak bagai mau membelah langit tujuh lapis.
"Jangan merusak pohon itu ya nak, pohon itu nanti menangis", kali ini emak tak teriak, berkata pelan tapi sangat cukup untuk didengar. Suara emak masuk ke gendang telinga anak kecil yang ternyata bernama Atan itu, bahkan masuk sampai ke relung hatinya yang membuat Atan berdiri mematung tiada gerak. Hanya terdengar suara napasnya yang tersengal-sengal habis meloncat-loncat menyebat daun pohon jambu itu.
"Ya mak. Atan tak rusak pohon lagi", kata Atan menyahut kata-kata emaknya.
Kemudian emak memanggil Atan untuk naik ke teras rumah dan minum teh. Ternyata emak membawa dua gelas teh dan setoples roti Gabin. Entah mengapa roti yang banyak beredar di daerah Melayu itu disebut roti Gabin, bukan pula disebut roti Gabon, roti Gorbachev, roti Gerbong, atau apapunlah namanya. Roti yang berbentuk segi empat itu merupakan kesukaan Atan yang dimakan dengan mencelupnya ke dalam air teh manis. Sore ini emak hanya membawa roti Gabin itu saja, hari-hari lain emak membawa kue Cengkarok yang juga merupakan kesukaan Atan. Hmmmm… untung namanya bukan kue Cengkareng. Terkadang emak membawa kue/roti Jim atau Gim yaitu kue kering sebesar jempol yang diatasnya diberi sejumput gula kering berwarna hijau, merah ataupun kuning.
Sambil menyeruput teh manis itu emak suka bercakap-cakap, kadang bercakap hal-hal sekolah, teman-teman, bahkan sampai ke permainan anak-anak seperti main kasti, patuk lele, guli ataupun kelereng. Ujung-ujung dari setiap percakapan itu, apapun masalah yang dicakapkan, adalah nasihat kehidupan. Nasihat-nasihat yang berguna untuk hidup kelak di kemudian hari. Mungkin Atan belum bisa berpikir bahwa dari permainan guli, yang di daerah lain menyebutnya main kelereng, terselip nasihat kehidupan terutama mengenai kepemimpinan dan kebersamaan. Begitulah emak.
Tak luput dengan kejadian tadi, yang tak sedap di mata emak. Hal-hal yang merusak sesuatu merupakan hal yang tak diinginkan emak. Apalagi tadi Atan merusak daun pohon jambu yang telah ada di depan rumah mereka sejak lama dan tentunya selalu berbuah manis pada musimnya.
Emak sangat suka menanam menyayangi tetumbuhan dan hewan. Sebagian untuk menutupi kebutuhan bumbu dapur seperti jahe, kencur, alia, serai dan ada juga daun sirih. Semua di tanam di halaman belakang dan samping rumah. Di halaman depan emak menanam tetumbuhan lain. Lihatlah anggreknya yang tumbuh segar dan berbunga indah. Dan tidak sedikit kucing terlantar yang emak pelihara.
Menyayangi tetumbuhan adalah sebagian dari iman. Iman kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan manusia dan makhluk hidup serta seluruh isi alam ini. Menurut emak dengan pengetahuan agama seadanya mengatakan juga bahwa Iman ada di hati. Emak menjelaskan lebih lanjut, bahwa untuk melaksanakan sebagian keimanan kepada Sang Pencipta adalah dengan menyayangi tetumbuhan, dimulai dengan hati yang terpelihara sehingga tetumbuhan itu bisa hidup tanpa dirusak untuk kebutuhan manusia. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan di dapur seperti bumbu rempah, kebutuhan ketenangan mata dengan melihat tetumbuhan yang tumbuh segar, dan juga bisa memenuhi kebutuhan penyegaran tubuh secara keseluruhan. Mana ada manusia yang tahan dengan udara panas, kata emak. Tetumbuhan itulah yang menjadi penyejuknya, lanjut emak pula.
Kalau badan mau selamat,
janganlah berlaku bejat.
Kalaulah hendak masuk surga,
tanam tetumbuhan penyegar mata.
Begitu pantun seadanya yang emak sampaikan. Walaupun emak cuma bilang tetumbuhan penyegar mata, sebenarnya hal itu bisa lebih luas lagi maknanya. Bukan saja sekedar menanam tetumbuhan bunga, tapi bisa juga dengan menanam tetumbuhan lain yang bisa menjadi penyejuk, sekurang-kurangnya penyejuk di sekitar rumah, apalagi bisa menjadi penyejuk lingkungan yang lebih luas.
Kalau lingkungan sudah sejuk, hidup pun akan senang. Lingkungan sejuk itu hanya bisa didapat dengan adanya tetumbuhan. Tetumbuhan bisa tumbuh jika ada yang menanam, memelihara dan menyayangi. Rasa sayang itu ada di hati.
Bumi terselamatkan dari hati yang penuh kasih sayang yang dalam bahasa orang tetangga sebelah :
Save our earth with our heart.
BUMI HATI
HATI BUMI
HATI BUMI
Keterangan :
me•nye•bat v, se•bat v : 1 memukul dng barang yg kecil dan tidak kaku (menyabet).
tersengal-sengal : ngos-ngosan
Lanun, rompak : perampok, bajak laut.
Gambar dari www.bigoo.ws