Sekolah Alam Bandar Bakau Dumai lengkapnya adalah Sekolah Alam Bandar Bakau Hutan Mangrove Sungai Dumai - Dumai - Propinsi Riau, berlokasi tak jauh dari Sungai Dumai. Kawasan ini seluas 31 hektar yang terbelah menjadi 2 oleh Sungai Dumai yaitu Kawasan Timur seluas 20 hektar dan Kawasan Barat sekitar 11,5 hektar. Kawasan Hutan Mangrove Sungai Dumai dikelola oleh Darwis Mohammad Saleh, seorang masyarakat biasa yang memperjuangkan kawasan ini TETAP HIJAU dengan HUTAN BAKAU yang lestari. Disebut perjuangan karena, dia dan teman-teman lainnya berusaha mempertahankan kawasan tersebut tetap menjadi Hutan Mangrove dari pada dijadikan Areal Perluasan Pelabuhan PELINDO Dumai. Perjuangan ini sejak 1998-1999 dan masih dilakukannya sampai sekarang.
Melalui Lembaga Swadaya Masyarakat Pecinta Alam Bahari dan Sekolah Alam Bandar Bakau, kawasan ini diusahakan menjadi PUSAT INFORMASI MANGROVE Dumai - Propinsi Riau. Sekolah Alam ini didirikannya tahun 2010 lalu yang dikepalai oleh Syaiful (Asai Malay) dibantu dengan beberapa teman-teman lainnya. Tujuan besar dari semua usaha ini adalah adalah penyelamatan hutan mangrove di lokasi Kuala Sungai Dumai yang semakin tergusur oleh pembangunan Pelabuhan dan Dermaga Dumai (PELINDO).
Bukan hanya penyelamatan dari pembangunan perluasan Pelabuhan Pelindo, tapi juga akibat maraknya Pelabuhan Tikus di sekitar Sungai Dumai. Pelabuhan Tikus merupakan pelabuhan rakyat yang tak berijin dan dikelola oleh masyarakat tempatan. Akibat aktifitas pelabuhan tikus ini adalah abrasi yang hebat pada hutan mangrove. Dulu lebar Sungai Dumai hanya 10-15 meter karena lebatnya hutan mangrove, tetapi sekarang lebar Sungai Dumai berkisar 50-60 meter. Kapal-kapal yang beraktifitas di pelabuhan tikus ini mulai dari puluhan ton sampai dengan ratusan ton yang tentu saja membutuhkan area pemutaran haluan kapal yang luas, maka hutan mangrove pun akhirnya menjadi korban.
Usaha Darwis sungguhlah suatu perjuangan berat. Walau sekarang hanya mendapat ijin secara lisan dari pihak berwenang, Darwis membutuhkan syarat administrasi untuk lebih memastikan kawasan ini tetap menjadi kawasan Hutan Mangrove yang tidak diganggu gugat dan bisa menjadi HUTAN KOTA Dumai.
Kawasan inilah yang aku datangi tanggal 22 Januari 2012 kemaren bersempena dengan acara MANGROVE UNTUK DUMAI yang ditaja oleh Akademi Akuntansi Riau - Dumai yang dikelola oleh Eagle Corp Organizer. Aku datang bersama Bang Fiko (Blogger Bertuah / Riau Magazine), serta Dedi, Anne, Zahra, Salma dan Yahya (Oranye Design Group).
Acara ini adalah mengajak semua orang untuk peduli terhadap lingkungan dan pemanasan global dengan cara menanam bakau. Acara yang dilaksanakan di Bandar Bakau ini sangat berhubungan dengan penyelamatan kawasan bakau Kuala Sungai Dumai agar tetap lestari sekaligus untuk mengurangi terjadinya abrasi pantai Dumai.
Lokasi acara Mangrove Untuk Dumai
Bandar Bakau Jl. Nelayan Laut Dumai - Riau
1°41'19.23"N
101°25'58.66"E
Terimakasih buat semua yg sdh hadir di acara "MANGROVE UNTUK DUMAI-AKRI” 22 Januari 2012 di #BandarBakau :
foto-foto akan diposting next-post
Melalui Lembaga Swadaya Masyarakat Pecinta Alam Bahari dan Sekolah Alam Bandar Bakau, kawasan ini diusahakan menjadi PUSAT INFORMASI MANGROVE Dumai - Propinsi Riau. Sekolah Alam ini didirikannya tahun 2010 lalu yang dikepalai oleh Syaiful (Asai Malay) dibantu dengan beberapa teman-teman lainnya. Tujuan besar dari semua usaha ini adalah adalah penyelamatan hutan mangrove di lokasi Kuala Sungai Dumai yang semakin tergusur oleh pembangunan Pelabuhan dan Dermaga Dumai (PELINDO).
Bukan hanya penyelamatan dari pembangunan perluasan Pelabuhan Pelindo, tapi juga akibat maraknya Pelabuhan Tikus di sekitar Sungai Dumai. Pelabuhan Tikus merupakan pelabuhan rakyat yang tak berijin dan dikelola oleh masyarakat tempatan. Akibat aktifitas pelabuhan tikus ini adalah abrasi yang hebat pada hutan mangrove. Dulu lebar Sungai Dumai hanya 10-15 meter karena lebatnya hutan mangrove, tetapi sekarang lebar Sungai Dumai berkisar 50-60 meter. Kapal-kapal yang beraktifitas di pelabuhan tikus ini mulai dari puluhan ton sampai dengan ratusan ton yang tentu saja membutuhkan area pemutaran haluan kapal yang luas, maka hutan mangrove pun akhirnya menjadi korban.
Usaha Darwis sungguhlah suatu perjuangan berat. Walau sekarang hanya mendapat ijin secara lisan dari pihak berwenang, Darwis membutuhkan syarat administrasi untuk lebih memastikan kawasan ini tetap menjadi kawasan Hutan Mangrove yang tidak diganggu gugat dan bisa menjadi HUTAN KOTA Dumai.
Kawasan inilah yang aku datangi tanggal 22 Januari 2012 kemaren bersempena dengan acara MANGROVE UNTUK DUMAI yang ditaja oleh Akademi Akuntansi Riau - Dumai yang dikelola oleh Eagle Corp Organizer. Aku datang bersama Bang Fiko (Blogger Bertuah / Riau Magazine), serta Dedi, Anne, Zahra, Salma dan Yahya (Oranye Design Group).
Acara ini adalah mengajak semua orang untuk peduli terhadap lingkungan dan pemanasan global dengan cara menanam bakau. Acara yang dilaksanakan di Bandar Bakau ini sangat berhubungan dengan penyelamatan kawasan bakau Kuala Sungai Dumai agar tetap lestari sekaligus untuk mengurangi terjadinya abrasi pantai Dumai.
Anak akuntansi aja memikirkan hutan mangrove, bagaimana dengan kita?
One Man One Mangrove
(OMOM)
Lokasi acara Mangrove Untuk Dumai
Bandar Bakau Jl. Nelayan Laut Dumai - Riau
1°41'19.23"N
101°25'58.66"E
Terimakasih buat semua yg sdh hadir di acara "MANGROVE UNTUK DUMAI-AKRI” 22 Januari 2012 di #BandarBakau :
Capella Dinamik Nusantara,
HTCD (Honda Tiger Club Dumai),
HTCI (Honda Tiger Club Indonesia),
PT. Asuransi Parolamas,
PT. Bintang Toedjoe,
AXIS,
Riau Pesisir,
KFD (Komunitas Fotografi Dumai)
Dumai Jazz Community,
Dumai Pos,
Riau TV,
Riau Magazine (@riaumagz),
Eagle’s Corporation,
Akun Twitter @seputardumai,
Komunitas Backpacker Pekanbaru,
Umah Melayu,
FIF (Federal International Finance),
Alumni SMANDA,
Wak Melo Creative Design,
Olive,
Ayub,
Arul,
Panti Asuhan Az-Zahra,
adik2 pelajar, dan
teman2 Mahasiswa se-kota Dumai,
serta semua pihak yg telah mendukung terselenggaranya acara ini.
Terimakasih :)
foto-foto akan diposting next-post