Tradisi Petang Megang adalah sebuah kebiasaan turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Melayu yang ada di Pekanbaru dan sekitarnya. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut bulan Suci Ramadhan. Kebiasaan ini terus dipertahankan hingga kini. Sebelumnya, acara petang megang ini dikemas berbeda-beda di setiap tempat, tapi tidak mengurangi maknanya.
Petang Megang sendiri adalah suatu petang (sore hari) yang pada esok harinya akan dilaksanakan ibadah puasa. Petang Megang (Petang Belimau) bisanya sangat dinanti-nantikan oleh masyaraka tempatan. Ada yang membuat aneka kue, serta masak-masakan khas Melayu yang sengaja dibuat untuk mereka makan. Juga ada beberapa makanan yang dikemas dalam beberapa bentuk wadah seperti tabak (Khas Indragiri Hulu) yang kemudian diisi dengan telur dan makanan lain dan kemudian dihias sedemikian rupa dan diarak keliling hingga ke Sungai Siak.
Selain itu juga ada air dari rebusan limau (jeruk) purut yang dicampur dengan serai beraroma wangi, ako siak-siak, daun nilam, mayang pinang dan dilengkapi dengan irisan bunga rampai. Air rebusan ini digunakan untuk mandi. Mandi yang dilakukan tersebut dinamakan ‘Mandi Belimau’. Dahulunya masyarakat Pekanbaru mengadakan cara Mandi Belimau tersebut bertempat di Sungai Siak karena pada saat itu kondisi Sungai Siak masih bersih dan tidak tercemar seperti saat ini.
Biasanya tradisi Petang Megang yang ada di Pekanbaru dilakukan oleh masyarakat melayu pesisir, Seperti, Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hilir, Meranti. Di kabupaten lain, ada juga yang melakukan tradisi yang sama, hanya saja biasanya menggunakan nama yang berbeda, tapi tetap saja memiliki tujuan yang sama. Beberapa daerah yang ada di Pekanbaru seperti Tanjung Rhu, Jalan Tanjung Datuk dan sebagainya merupakan daerah yang biasa kita temukan melakukan tradisi Petang Megang tersebut.
Seiring dengan perkembangan tradisi lokal yang terus tergilas dengan budaya-budaya modern, konsep mandi belimau pada acara petang megang kini berubah haluan menjadi tradisi yang dilakukan oleh warga di rumah-rumah. Perubahan konsep ini akhirnya semakin lama, semakin hilang, terlebih adat budaya ini sudah mulai dilupakan setelah empat generasi keturunan orang melayu di wilayah pesisir. Faktor lain seperti adanya perkawinan silang antara suku Melayu dengan suku lain tentunya juga kian memicu punahnya tradisi petang megang ini. Seperti misalnya seorang lelaki melayu menikahi perempuan dari suku lain. Hal ini akan membuat tradisi petang megang mulai punah. Akan tetapi, jika perempuan asli melayu tentunya ini tetap akan dilakukan kepada suaminya yang berasal dari luar melayu.
Ada beberapa bentuk kegiatan yang biasa dilakukan pada tradisi Petang Megang tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
Biasanya dibuka dengan beberapa buah tarian Melayu. Kemudian dilanjutkan dengan acara simbolis pembukaan Petang Megang dengan pemukulan bedug yang dilakukan oleh Walikota Pekanbaru dan Gubernur Riau. dilakukan acara mandi belimau dan secara simbolis dilakukan pengguyuran terhadap beberapa anak yatim yang ada di pekanbaru, dan kemudian dilakukan Lomba menangkap itik. Dan para peserta melanjutkan dengan bersih-bersih atau mandi di Sungai Siak.
Air belimau yang ada pada tradisi mandi balimau tersebut digunakan untuk menyiram diri (tubuh) sebagai pembersih. Kepercayaan masyarakat secara turun temurun bahwa air limau (belimau atau berlimau) mampu membersihkan diri dari kotaran-kotoran, baik kotoran yang terlihat (debu yang melekat tubuh) atau pun kotoran yang tidak terlihat (dosa). Tradisi petang megang dengan mandi air belimau, menurut kepercayaan masyarakat tempatan lebih mengedepankan membuang perbuatan-perbuatan jahat, yang selama setahun penuh dengan debu dan dosa. Agar menghadapi bulan Ramadhan seseorang akan siap menjalankan ibadah. Lebih jelasnya penekanan ini dititik beratkan pada motivasi.[GW/SUG]
Petang Megang sendiri adalah suatu petang (sore hari) yang pada esok harinya akan dilaksanakan ibadah puasa. Petang Megang (Petang Belimau) bisanya sangat dinanti-nantikan oleh masyaraka tempatan. Ada yang membuat aneka kue, serta masak-masakan khas Melayu yang sengaja dibuat untuk mereka makan. Juga ada beberapa makanan yang dikemas dalam beberapa bentuk wadah seperti tabak (Khas Indragiri Hulu) yang kemudian diisi dengan telur dan makanan lain dan kemudian dihias sedemikian rupa dan diarak keliling hingga ke Sungai Siak.
Selain itu juga ada air dari rebusan limau (jeruk) purut yang dicampur dengan serai beraroma wangi, ako siak-siak, daun nilam, mayang pinang dan dilengkapi dengan irisan bunga rampai. Air rebusan ini digunakan untuk mandi. Mandi yang dilakukan tersebut dinamakan ‘Mandi Belimau’. Dahulunya masyarakat Pekanbaru mengadakan cara Mandi Belimau tersebut bertempat di Sungai Siak karena pada saat itu kondisi Sungai Siak masih bersih dan tidak tercemar seperti saat ini.
Biasanya tradisi Petang Megang yang ada di Pekanbaru dilakukan oleh masyarakat melayu pesisir, Seperti, Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hilir, Meranti. Di kabupaten lain, ada juga yang melakukan tradisi yang sama, hanya saja biasanya menggunakan nama yang berbeda, tapi tetap saja memiliki tujuan yang sama. Beberapa daerah yang ada di Pekanbaru seperti Tanjung Rhu, Jalan Tanjung Datuk dan sebagainya merupakan daerah yang biasa kita temukan melakukan tradisi Petang Megang tersebut.
Seiring dengan perkembangan tradisi lokal yang terus tergilas dengan budaya-budaya modern, konsep mandi belimau pada acara petang megang kini berubah haluan menjadi tradisi yang dilakukan oleh warga di rumah-rumah. Perubahan konsep ini akhirnya semakin lama, semakin hilang, terlebih adat budaya ini sudah mulai dilupakan setelah empat generasi keturunan orang melayu di wilayah pesisir. Faktor lain seperti adanya perkawinan silang antara suku Melayu dengan suku lain tentunya juga kian memicu punahnya tradisi petang megang ini. Seperti misalnya seorang lelaki melayu menikahi perempuan dari suku lain. Hal ini akan membuat tradisi petang megang mulai punah. Akan tetapi, jika perempuan asli melayu tentunya ini tetap akan dilakukan kepada suaminya yang berasal dari luar melayu.
Ada beberapa bentuk kegiatan yang biasa dilakukan pada tradisi Petang Megang tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Ziarah makam di pemakaman Senapelan
Ziarah dilakukan dengan melakukan zikir, tahlil dan doa yang biasanya dipimpin oleh Imam Mesjid raya Pekanbaru. Kemudian dilanjutkan dengan acara tabur bunga. Makam yang diziarahi diantaranya adalah makam para Tokoh Perintis Kemerdekaan, Tokoh Pemerintah, Tokoh Agama dan para Tokoh Budaya. - Shalat Ashar berjamaah di Masjid Raya
Setelah melakukan ziarah, acara dilanjutkan dengan melakukan ibadah shalat ashar berjamaah di Masjid Raya Senapelan. - Arak-arakan mandi balimau
Para peserta pawai diarak menuju ke tepian Sungai Siak sambil diiringi dengan lagu melayu serta iringan musik kompang dan rebana. - Acara puncak mandi balimau
Biasanya dibuka dengan beberapa buah tarian Melayu. Kemudian dilanjutkan dengan acara simbolis pembukaan Petang Megang dengan pemukulan bedug yang dilakukan oleh Walikota Pekanbaru dan Gubernur Riau. dilakukan acara mandi belimau dan secara simbolis dilakukan pengguyuran terhadap beberapa anak yatim yang ada di pekanbaru, dan kemudian dilakukan Lomba menangkap itik. Dan para peserta melanjutkan dengan bersih-bersih atau mandi di Sungai Siak.
Air belimau yang ada pada tradisi mandi balimau tersebut digunakan untuk menyiram diri (tubuh) sebagai pembersih. Kepercayaan masyarakat secara turun temurun bahwa air limau (belimau atau berlimau) mampu membersihkan diri dari kotaran-kotoran, baik kotoran yang terlihat (debu yang melekat tubuh) atau pun kotoran yang tidak terlihat (dosa). Tradisi petang megang dengan mandi air belimau, menurut kepercayaan masyarakat tempatan lebih mengedepankan membuang perbuatan-perbuatan jahat, yang selama setahun penuh dengan debu dan dosa. Agar menghadapi bulan Ramadhan seseorang akan siap menjalankan ibadah. Lebih jelasnya penekanan ini dititik beratkan pada motivasi.[GW/SUG]