Inilah Negeri Berasap, (bukan) Negeri di atas Awan.
Asap Ini Pedih Jenderal.
Asap Ini Pedih Jenderal.
Tragedi kabut asap di Riau yang sudah rutin terjadi selama bertahun-tahun menimbulkan banyak dampak bagi kehidupan masyarakat. Bukan hanya dampak buruk yang banyak dialami masyarakat, dampak baik pun dirasakan. Meskipun demikian, harus diakui bahwa dampak buruknya jauh lebih besar dibanding dampak positif. Seperti diketahui, di awal Maret 2014, kebakaran hutan dan lahan gambut di provinsi Riau, Sumatera, Indonesia, melonjak hingga titik yang tidak pernah ditemukan sejak krisis kabut asap Asia Tenggara pada Juni 2013. Hampir 50.000 orang mengalami masalah pernapasan akibat kabut asap tersebut, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia. Citra-citra satelit dengan cukup dramatis menggambarkan banyaknya asap polutan yang dilepaskan ke atmosfer, yang tentunya juga berkontribusi kepada perubahan iklim.
Sejak 20 Februari hingga 11 Maret 2014, Global Forest Watch mendeteksi 3.101 peringatan titik api dengan tingkat keyakinan tinggi di Pulau Sumatera dengan menggunakan Data Titik Api Aktif NASA. Angka tersebut melebihi 2.643 total jumlah peringatan titik api yang terdeteksi pada 13-30 Juni 2013, yaitu puncak krisis kebakaran dan kabut asap tahun sebelumnya. Selama bulan Juni 2013, mayoritas kebakaran yang terjadi terpusat di Provinsi Riau, Pulau Sumatera, Indonesia. Angka yang cukup mengejutkan, yaitu adanya kenaikan persentase menjadi 87 persen dari peringatan titik api di sepanjang Sumatera pada 4-11 Maret 2014 yang berada di Provinsi Riau.
Lantas apa saja dampak buruk kabut asap di Riau tersebut? Berikut ini diantaranya:
Di tengah banyaknya dampak buruk musibah kabut asap tersebut, ternyata ada juga dampak baik yang bisa dimanfaatkan orang dari kejadian tersebut. Berikut ini hal-hal baik yang bisa kita temukan di tengah musibah bencana asap di Riau:
Editing video mnenjadi salah satu bentuk kreatifitas menyangkut asap Riau.
"Hitler Marah Kabut Asap Riau"
KOTAK - Kabut Asap Riau
Kepedulian pemuda-pemudi Riau.
"Menolak Diam"
"Banyak cara untuk tidak diam"
Bencana asap memang memerlukan penanganan yang serius agar tidak terjadi berulang setiap tahunnya. Karena saking seringnya terulang, masyarakat bahkan sudah menganggap asap menjadi bagian dari musim yang rutin terjadi setiap tahun. Mereka lupa bahwa itu adalah bencana. Dan yang paling parahnya lagi adalah pihak yang membuat kerusakan dan membakar di hutan dan lahan yang berakibat pada munculnya kabut asap tersebut. Mereka tak sadar telah menyakiti dan membunuh secara berlahan-lahan puluhan, ratusan, ribuan warga di Riau, bahkan jutaan.
Sejak 20 Februari hingga 11 Maret 2014, Global Forest Watch mendeteksi 3.101 peringatan titik api dengan tingkat keyakinan tinggi di Pulau Sumatera dengan menggunakan Data Titik Api Aktif NASA. Angka tersebut melebihi 2.643 total jumlah peringatan titik api yang terdeteksi pada 13-30 Juni 2013, yaitu puncak krisis kebakaran dan kabut asap tahun sebelumnya. Selama bulan Juni 2013, mayoritas kebakaran yang terjadi terpusat di Provinsi Riau, Pulau Sumatera, Indonesia. Angka yang cukup mengejutkan, yaitu adanya kenaikan persentase menjadi 87 persen dari peringatan titik api di sepanjang Sumatera pada 4-11 Maret 2014 yang berada di Provinsi Riau.
Lantas apa saja dampak buruk kabut asap di Riau tersebut? Berikut ini diantaranya:
- Dampak di bidang ekonomi
- Produksi minyak Indonesia terganggu akibat polusi kabut asap yang saat ini terjadi di Provinsi Riau. Produksi minyak turun hingga belasan ribu barel per hari (bph) padahal Pemerintah menargetkan produksi tahun 2014 sebesar 870 bph.
- Kabut asap di Provinsi Riau menyebbkan maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways (GIA) di Pekanbaru mengalami kerugian materil dan inmateril puluhan juta rupiah per hari. Semakin buruknya kabut asap ini pun menyebabkan 4 (empat) maskapai penerbangan menutup jalur operasional ke Bandara Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru untuk beberapa hari. Tak tanggung-tanggung, pihak Bandara pun akhirnya menutup operasional bandara itu sendiri mengingat keselamatan penerbangan.
- Wakil Ketua Umum Bidang Ekonomi dan Kerjasama Internasional Kamar Dagang dan Industri Provinsi Riau, Viator Butar Butar SE, MA, PhD menyebutkan, dampak kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan mengakibatkan Riau mengalami kerugian sekitar Rp10 triliun lebih. Kerugian sebesar Rp10 triliun tersebut muncul antara lain akibat penurunan produktivitas usaha, mobilisasi barang dan orang melalui transportasi darat, udara, dan laut yang tertunda dan terganggu akibat kabut asap itu.
- Dampak di bidang kesehatan
- Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
- Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan sebagainya.
- Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
- Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
- Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
- Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
- Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).
Di tengah banyaknya dampak buruk musibah kabut asap tersebut, ternyata ada juga dampak baik yang bisa dimanfaatkan orang dari kejadian tersebut. Berikut ini hal-hal baik yang bisa kita temukan di tengah musibah bencana asap di Riau:
- Meningkatnya rezeki penjual masker. Tepian jalan raya menjadi tempat paling strategis untuk berjualan masker dengan berbagai kualitas.
- Sebuah keluarga menjadi lebih sering mengumpul di rumah. Jika hari-hari biasa semuanya sibuk, di musim asap ini banyak orang yang menemukan kembali keharmonisan keluarga mereka.
- Bencana kabut asap di Riau yang juga berdekatan dengan musim pemilu legislatif (pilleg) maupun pemilu presiden (pilpres) menjadi peluang banyak calon legislatif (caleg) maupun partai politik untuk memanfaatkannya sebagai sarana sosialisasi.
- Bencana kabut asap membuat masyarakat lebih mengingat Tuhan. Mereka mengadakan shalat minta hujan, berdoa kepada Allah, istighfar dan bertaubat atas dosa-dosa mereka.
- Kabut asap membuat masyarakat Riau menjadi lebih bersyukur dengan nikmat hujan, matahari dan oksigen gratis yang diberikan Tuhan di udara.
- Nampak adanya kepedulian dari pemuda-pemudi terhadap sesama dengan membagikan masker dimana-mana. Terbukti bahwa bukan saja mereka suka hura-hura tak peduli tapi masih punya hati nurani.
- Banyak komunitas yang bahu membahu menyuarakan agar asap sirna dari muka bumi Riau melalui media sosial ataupun di jalan-jalan. Bentuk "suara" itupun berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kreatifitas "suara" itupun dituang dalam bentuk tulisan, gambar ataupun karikatur, photo bahkan video. Suara-suara itu pun ditujukan kepada pemimpin negeri dan mendapat respon positif.
Editing video mnenjadi salah satu bentuk kreatifitas menyangkut asap Riau.
"Hitler Marah Kabut Asap Riau"
KOTAK - Kabut Asap Riau
Kepedulian pemuda-pemudi Riau.
"Menolak Diam"
"Banyak cara untuk tidak diam"
Bencana asap memang memerlukan penanganan yang serius agar tidak terjadi berulang setiap tahunnya. Karena saking seringnya terulang, masyarakat bahkan sudah menganggap asap menjadi bagian dari musim yang rutin terjadi setiap tahun. Mereka lupa bahwa itu adalah bencana. Dan yang paling parahnya lagi adalah pihak yang membuat kerusakan dan membakar di hutan dan lahan yang berakibat pada munculnya kabut asap tersebut. Mereka tak sadar telah menyakiti dan membunuh secara berlahan-lahan puluhan, ratusan, ribuan warga di Riau, bahkan jutaan.