Mielopathy atau sarat terjepit bukan penyakit yang menyerang secara tiba-tiba, ia bergerak lambat sehingga penderitanya kadang tidak menyadari. Namun ketika sudah sampai pada titik sakit maka tubuh bisa mengalami kelumpuhan.
Mielopathy menurut Wikipedia adalah hilangnya secara bertahap fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan pada tulang belakang. Mielopaty dapat disebabkan karena cedera tulang belakang yang mengakibatkan berkurangnya sensasi sentuhan atau kelumpuhan.
Sedangkan menurut DR. Dr. Ridha DharmajayaSpBS mielopathy berasal dari medulla spinalis yang merupakan saraf pusat lanjutan dari saraf pusat otak. Bentuknya seperti lorong yang berjalan dan terbentuk dari sekumpulan tulang yang saling berhubungan. Jika digambarkan kondisi kelumpuhan tersebut disebabkan karena kerusakan atau disfungsi saraf spinalis yang memang berada dalam ruang yang sangat kecil. Itu sebabnya penyakit mielopathy ini lebih dikenal dengan nama saraf terjepit.
Adapun fungsi dari medulla spinalis ini berfungsi antara lain memberi kekuatan, kemampuan merasa pada tangan dan kaki dan berperan dalam kemampuan mengontrol kantung kemih serta buang air besar.
Mengurangi cedera yang terjadi pada penderita saraf terjepit (mielopathy).
Karena sifatnya yang berada didalam medula spinalis dan terjebak di antara tulang dan saraf maka untuk mengurangi cedera ini disarankan untuk berkonsultasi dengan spesialis fisioterapi. Saran ini bukan tanpa sebab karena dokter ahli fisioterapi akan melakukan serangkaian latihan yang membantu pasien untuk menggerakkan kembali saraf yang tidak berfungsi agar tidak terjadi kelumpuhan secara permanent.
Jika dilihat sekilas penderita sarat terjepit awalnya sama seperti stroke namun bedanya stroke akan menyerang pada sebelah bagian tubuh. Ini berbeda dengan mielopathy yang menyerang bagian tubuh keduanya baik itu bagian atas maupun bawah. Itulah sebabnya kenapa rangkaian latihan untuk saraf terjepit sedikit berbeda dengan penderita stroke. Jika mendapat perawatan yang tepat penyakit saraf terjepit ini tidak akan bertahan lama di tubuh si penderita berbeda dengan stroke yang membutuhkan proses penyembuhan yang lebih lama.
Pada proses latihan pertama penderita akan dilatih untuk menggerakan bagian otot yang terserang misalnya kaki. Pergelangan kaki akan limaskan lebih dulu baru diusahakan untuk bergerak, awalnya mungkin dibantu namun untuk selanjutnya pasien di support agar dapat melakukan sendiri.
Setelah pergelangan kaki di rangsang selanjutnya naik ke lutut, bila ada respon yang baik maka latihan akan dilanjutkan dengan berdiri sendiri. Proses ini tidak boleh terlalu lama. Dalam setiap satu sesi latihan disarankan hanya sampai pada hitungan ke delapan saja. Sebab cedera pada tulang belakang ini sifatnya mengigit saraf jadi harus hati-hati dalam menggerakkan otot.
Terapi mielopathy dengan obat-obatan medis
Karena masih ditangani oleh dokter spesialis saraf penggunaan obat-obatan medis tentu dilaksanakan. Obat pertama yang diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi keluhan dari gejala lainnya. Obat-obatan seperti anti peradangan seperti kortikosteroid adalah obat anti inflamasi yang kuat. Namun sebelum mengkonsumsi obat ini dokter sebaiknya lebih dulu berpesan bahwa efek samping dari obat ini lebih berat apalagi jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Salah satu dari efek samping yang mungkin akan dialami oleh penderita adalah kesulitan buang air besar. Hilangnya fungsi saraf pada otot bagian anus menyebabkan fases tidak bisa keluar dengan baik. Selain itu tidak bisa menahan buang angin dan urine dapat keluar sewaktu-waktu tanpa bisa ditahan. Untuk menanggulanginya pasien sebaiknya menggunakan diapers. Dan sementara waktu menggunakan kateter urin.
Untuk pengobatan secara lanjutan dari penyakit ini dokter biasanya akan menyarankan untuk melakukan tindakan operasi yang bertujuan untuk menghilangkan penekanan terhadap saraf yang terjepit serta menjaga stabilitas dari daerah tubuh yang terganggu. Pemasangan implant pada tulang belakang diharapkan dapat mempercepat penyembuhan.
Dan setelah operasi dokter akan menyarankan untuk meggunakan penyangga leher dalam waktu antara satu hingga tiga bulan. Mengingat penyakit mielopathy ini memang menyerang tulang belakang yang berpangkal pada leher namun tinggal di bagian tubuh mana yang akan mengalami kelumpuhan.
Menangani mielopathy dengan terapi non operasi.
Mengingat pengobatan secara medis dapat menimbulkan banyak efek samping terhadap fungsi saraf lainnya kami sepakat melanjutkan pengobatan dengan jalur terapi non operasi. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi kerja saraf yang terganggu. Meskipun memakan waktu yang lama untuk memperbaikinya namun setidaknya efek samping dari terapi ini bisa dibilang tidak ada karena melepaskan diri dari penggunaan obat-obatan medis.
Terapi mielopathy yang dijalani antara lain pemijatan pada saraf dari mulai kepala hingga ujung kaki. Pemijatan dilakukan untuk membangunkan kembali saraf yang terganggu dan memperbaiki kerja jantung.
Selain itu melakukan aktifitas fisik yang ringan dapat dilakukan mengingat kebiasaan penderita mielopathy akan mengurangi aktifitas fisik dengan alasan lemah pada otot. Padahal terapi fisik yang dimulai dengan lahitan stretching dapat mengembalikan flesibilitas kekencangan otot leher, pundak, kedua lengan dan kaki. Melakukan stretching setidaknya 2-3 kali seminggu dapat menjaga flesibilitas kesimbangan tubuh.
Untuk meningkatkan kerja jantung pasien dapat menggunakan sepeda statis dan tredmill dengan kecepatan rendah. Sebab lemahnya salah satu otot pada tubuh secara tidak langsung tentu berpengaruh pada kerja jantung. Berenang juga bisa menjadi pilihan yang baik karena dengan berenang akan menggerakkan saraf, otot dan jantung secara bersamaan.
Dengan melakukan terapi non operasi ini diharapkan pasien dapat melepaskan diri dari mielopathy secara bertahap. Dimulai dari kerja fungsi kaki yang membaik kemudian disusul dengan otot pada anus, kantung kemih. Yang perlu diingat adalah bahwa kesabaran menjadi kunci yang utama karena penyembuhan secara terapi non operasi tentu akan memakan waktu lebih lama dibanding jika pengobatan dilakukan dengan operasi.