Adik membeli buah kurma
kurma dimakan kura-kura
Pantun adalah puisi lama
dalam bahasa Nusantara
Ibu membeli kain katun,
katun dibuat baju kebaya.
Darimana asal kata pantun,
Pantuntun itulah asal katanya
Pantun ini umpama permainan asah otak yang diapresiasikan lewat kata-kata. Bahkan untuk orang yang sudah terbiasa berpantun tiada hari dalam hidupnya tanpa berpantun. Siapa dia? Jarjit misalnya. Siapa Jarjit. Animasi Upin Ipin lah jawabannya.
Pantun sejatinya sudah ada sejak dulu. Banyak orang dulu-dulu menggunakan pantun dengan berbagai alasan dan keadaan. Misalnya untuk orang yang ingin meminang anak gadis biasanya akan diawali dengan berpantun dulu. Atau pantun teka teki untuk mengasah otak. Ada juga pantun nasehat dan pantun jenaka. Karena sudah ada sejak dulu tentu pantun memiliki sejarahnya sendiri. Bagaimana sejarah pantun yang hingga hari ini masih lekat sebagai kiasan dalam bahasa kita sehari-hari. Yuk simak ulasannya!
pixabay/though catalog |
Sejarah singkat pantun
Sebagai objek pembicaraan atau kajian (penelitian) pantun memang seperti tidak pernah kehilangan pesonanya. Selalu saja ada yang mencoba melakukan penelitian tentang pantun dari berbaga aspek. Sejak tahun 1688 sampai sekarang, perbincangan tentang pantun mencapai ribuan tulisan. Mengingat pantun tidak terikat oleh batas usia, status sosial, agama atau suku bangsa maka pantun dapat dihasilkan atau dinikmati semua orang dalam situasi apapun. Dan untuk keperluan bermacam-macam tentunya. Berbagai suku bangsa di wilayah Nusantara ini mengenal pantun dan kemudian memproduksi sendiri dengan menggunaka bahasanya. Idiom dan nama tempat yang berada disekitarnya.
Di Indonesia buku-buku tentang pantun juga banyak bertebaran sejak lama. Beberapa di antaranya sudah sejak tahun 1950-an diterbitkan oleh Balai Pustaka. Antara lain Pantun Melayu, yang terbit pertama kali pada tahun 1958, Indonesia Tera, Yogyakarta juga ikut tertarik dengan menerbitkan buku Pantun untuk SD dan SMP karya Inoer Hidayati.
Pada tahun 2004 Dewan Kesenian Kota Pangkalpinang dan Yayasan Nusantara Jakarta, menerbitkan buku Pangkalpinang Berpantun, yang disunting LK Ara. Pada tahun yang sama, Yayasan Nusantara juga menerbitkan buku Pantun melayu Bangka Selatan suntingan LK Ara. Setahun kemudian, terbit buku kumpulan pantun Melayu Bangka bertajuk Pucuk Pauh dan Bangka Belitung Barcaya Dalam Pantun dan Puisi keduanya juga disunting oleh LK Ara dan diterbitkan oleh Yayasan Nusantara.
Di dalam sejarah kesastraan, pantun dikenal sebagai salah satu jenis puisi lama. Dalam kesusastraan Melayu lama pantun memiliki aturan bentuk (konvensi) yang sangat mengikat. Pantun yang lazim terdiri atas empat baris yang berupa dua baris sampiran (tumpuan bicara) dan dua bari isi (inti atau maksud pantun) dengan rima (persajakan) bersilang a-b-a-b. Ada juga pantun yang rimanya tidak bersilang, misalnya a-a-a-a-a-b-b-a, dengan tetap terdiri dari dua baris sampiran dan dua baris isi.
Namun pantun yang demikian di kalangan masyarakat Melayu, dianggap sebagai pantun yang kurang berkualitas. Selain itu, di dalam tradisi sastra Melayu lama, rima a-a-a-a biasanya dipakai pada karya sastra yang disebut syair. Berbeda dengan pantun, pada syair tidak terdapat sampiran, dan seluruh lariknya (empat larik) berupa isi.
Pantun biasa memiliki aturan bentuk (konvensi) yang cukup ketat dan dianut oleh masyarakat Melayu, termasuk Tanjungpinang, secara turun temurun. Aturan tersebut meliputi (a) terdiri atas empat baris, (b) tiap baris terdiri ata selapan sampai sepuluh suku kata, (c) dua baris pertama harus berupa sampiran dan dua baris berikutnya berusa isi pantun, (d) mementingkan rima akhir bersilang a-b-a-b, yakni buntik akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketika, dan buntyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.
Sebagai contoh pantun biasa yang dilihat dari ragam isinya termasuk pantun nasihat sebagai berikut:
Berakit-rakit ke hulu ----------------------------- a (sampiran)
Berenang-renang ke tepian ---------------------- b (sampiran)
Bersakit-sakit dahulu ----------------------------- a (isi)
Bersenang-senang kemudian -------------------- b (isi)
Selanjutnya kita akan bahas pantun seloka ya.
Sumber: Pantun Fauna Indonesia
Drs. Risman, M. Pd