Attayaya.net - Fakta Dibalik Gas Air Mata dan Bahayanya Bagi Kesehatan
Dalam sebuah aksi massa kerap terjadi pergesekan Antara aparan dan para demonstran dari mulai yang kecil hingga besar-besaran. Saat situasi sulit untuk dikendalikan umumnya aparat keamanan menggunakan gas air mata untuk menghalau para demonstran. Melihat gas yang bisa menyebabkan mata pedih ini tentu menimbulkan kengerian bagi kita yang melihatnya. Haruskah aparat menggunakan gas air mata sebagai solusi atas kericuhan yang terjadi? Kapan sebenarnya dimulai adanya penggunaan gas air mata ini dan bagaimana sejarahnya. Berikut fakta di balik gas air mata dan bahayanya bagi kesehatan.
Dilansir dari National Geographic Indonesia bahwasannya Perancis yang pertama kali melemparkan granat berisi gas kepada prajurit Jerman di kawasan perbatasan. Gas ini berisi bahan kimia halogen sintetis. Awal kemunculannya gas ini ditembakan dengan menggunakan senjata seperti granat dan spray kea rah lawan. Kemudian keluarlah gas yang bisa menimbulkan reaksi kesehatan seperti sakit mata, pernafasan sesak, iritasi pada kulit, pendarahan bahkan yang lebih parah dapat menyebabkan kebutaan.
Pada sekitaran Agustus 1914 inilah Perancis mulai mengenalkan gas ini kepada dunia. Buah karya dari para ahli kimia Prancis yang akhirnya menjadi musuh bagi beberapa Negara yang sedang dalam konflik ketika itu. Tujuan dibuatnya granat ini untuk mengendalikan kekacauan dan huru hara.
Hingga saat ini itulah fungsi dari gas air mata. Moment perang dengan gas air mata ini dikenal dengan Battle of the Frontiers sedangkan gas tersebut mendapat panggilan tear gas atau lachrymator.
Seolah menjadi solusi yang efektif sejak itu gas air mata digunakan untuk menghalau kericuhan dengan cara mudah. Sebab dapat dipastikan ketika terjadi kerusuhan pasti akan langsung bubar jika gas ini di semprotkan.
Seolah menjadi solusi yang efektif sejak itu gas air mata digunakan untuk menghalau kericuhan dengan cara mudah. Sebab dapat dipastikan ketika terjadi kerusuhan pasti akan langsung bubar jika gas ini di semprotkan.
Dalam sepak terjangnya gas air mata ini tentu mendapat sambutan baik dari Negara-negara lain. Sebut saja US yang mengembangkan gas air mata tidak hanya untuk perang tapi juga diperjualbelikan lewat media massa.
Usai Perang Dunia I gas air mata tidak langsung padam sebab seusai perang tentu masih sering terjadi konflik internal di masing-masing Negara. Kerusuhan yang kerap terjadi tentu membutuhkan aksi untuk mengamankannya. Itulah mengapa sejak di publikasikan oleh Amerika gas air mata banyak dipakai oleh Negara-negara lain dengan alasan lebih mudah dihadapkan dengan peluru disbanding dengan gas yang tak kasat mata.
Masih dari sumber National Geographic tentang gas air mata yang sejak pertama kali dibuka pada tahun 1930 oleh Lake Erie Chemical Company penjualan gas air mata sukses meraup untung. Keji memang tapi kenyataan pada saat terjadi Perang Dunia I dan II huru hara kerap terjadi di banyak tempat. Belum lagi perebutan kekuasaan dan tanah jajahan. Sehingga tidak heran jika gas air mata mendapat keuntungan yang tajam.
Sebut saja Argentina, Bolivia dan Kuba yang menggunakan gas ini untuk menundukkan musuh-musuhnya. Belum lagi Negara lain seperti Jepang yang membungkan China, Spanyol yang menggunakannya di Maroko dan Amerika yang mengatasi para demonstran Vietnam. Selama lebih dari 100 tahun setelah ditemukan gas air mata belum ada yang tidak puas dengan hasil kinerjanya. Ngeri.
Apakah gas air mata yang di gunakan untuk menghalau demonstran di Indonesia juga sangat berbahaya?
Penggunaan bahan kimia dalam gas air mata di Indonesia sedikit berbeda dari yang dipakai Negara lain. Hal ini karena telah dikeluarkan Amnesty International yang memasukkan bagian dari barang perdagangan internasional yang membahayakan.
Namun, meski relative aman, nyatanya konsetrasi yang tinggi tetap dapat menimbulkan efek yang serius bagi kesehatan. Bahan kimia yang disebut gas CS dapat menyebabkan mata perih sehingga memicu keluarnya air mata dalam jumlah banyak. Efek gatal pada kulit hingga rasa terbakar jika terpapar terlalu banyak.
System pernafasan juga ikut terganggu yaitu sekitar 32% dan dapat menimbulkan nyeri dada, sesak nafas dan alergi. Jadi sebaiknya hindari gas air mata agar tidak terjadi efek buruk bagi kesehatan.