Cerita rakyat Tan Talani dari Jambi ini merupakan kisah kelanjutan dari Si Pahit Lidah yang saya tulis ulang dari sumber bukunya 366 cerita rakyat nusantara. Konon sebelum Tan Talanai naik tahta, kerajaan Jambi dipegang oleh si Pahit Lidah. Sampai akhirnya meninggal dunia. Sepeninggal Si Pahit Lidah otomatis Jambi tidak memiliki raja. Keadaan ini tentu sangat mengkhawatirkan keamanan negeri Jambi.
Sebuah negeri yang tidak memiliki raja tentu mengundang pihak-pihak luar untuk menguasai Jambi. Dan memang benar, akhirnya salah seorang raja dari Rabu Manarah yang berasal dari India Muka, sekarang bernama Turki datang ke Jambi dan menguasai negeri itu.
Tersebutlah seorang raja baru yang menguasai Jambi yaitu Raja Tan Talanai. Raja Tan Talanai memerintah Negeri Jambi dengan adil, sehingga negeri itu tumbuh menjadi mengeri yang aman dan makmur. Tan Talanai amat berbahagia. Ia merasa hidupnya telah sempurna. Harta benda berlimpah. Kekuasaan ia miliki, ia pun dihormati. Hanya saja, ia tidak memiliki seroang anak dari permaisurinya.
Suatu hari, Baginda Raja berdo’a. meminta kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberi seorang putra untuk menggantikan kedudukannya kelak. Permohonannya dikabulkan oleh Tuhan. Beberapa bulan setelah tekun berdo’a, permaisuri mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Kelahiran bayi itu disambut bahagia oleh Tan Talanai.
Namun belum selesai kegembiraan Baginda Raja, salah seorang ahli nujum menyampaikan ramalannya bahwa kelahiran putranya itu akan membawa petaka. Suatu saat ia akan membunuh ayahnya sendiri. Mendengar ramalam itu, Baginda memerintahkan Datuk Emping Besi untuk menghanyutkan putranya ke lautan lepas.
Suatu hari di Tanah Siam, seorang raja perempuan yang bernama Tuan Putri sedang memancing di laut. Tiba-tiba matanya menatap sesuatu dari kejauhan. Semakin dekat bendan yang terapung itu, semakin jelas terlihat bentuknya yaitu sebuah peti. Tidak berapa lama peti itu dibuka. Alangkah kagetnya sang Putri, karena ternya peti itu berisi seorang bayi laki-laki yang tidur dengan nyenyak.
Alangkah senangnya hati sang Putri mendapatkan seorang anak. Ia menyelidiki anak siapakah bayi itu. Dari tanda yang terdapat pada peti tersebut, tahulah Putri bahwa bayi itu adalah putra Raja Tan Talani.
Anak itu dirawat sang Putri denan penuh kasih syang. Setelah anak itu dewasa, dai menanyakan pada Tuan Putri siapakah bapaknya, karena setiap kali bermain dengan teman-temannya dia selalu diolok-olok karena tidak memiliki bapak.
Mendengar pertanyaan itu Tuan Putri menceritakan bahwa bapaknya adalah seorang raja di jambi yang bernama Raja Tan Talanai. Mendengar cerita itu, sang anak sangat marah. Dalam kemarahannya ia bersumpah akan membunuh bapaknya yang telah membuangnya.
Rencana penyerangan ke Kerajaan jambi pun disusun. Sementara itu Tuan Putri mengirim utusan ke Jambi untuk menemui Raja Tan Talanai, memberitahukan bahwa dalam waktu satu tahun yang akan datang anaknya akan melakukan penyerangan ke Kerajaan jambil. Raja Tan Talanai sangat marah mendengar berita itu. Tan Talanai kemudian memerintahkan para menterinya untuk mempersiapkan pertahanan di seputar kotaraja.
Genap satu tahun berlalu. Anak Raja Tan Talanai menuju ke Kerajaan jambi. Peperangan pun tidak dapat terhindarkan lagi. Pekik dan tangir memilikan hati terdengar di mana-mana. Anak Raja Tan Talanai mengamuk dengan dahsyatnya. Pasukan Raja Tan Talanai pun mengalami kekalahan.
Tidak berapa lama, Raja Tan Talanai berhadapan dengan anaknya. Perang tanding satu lawan satu pun terjadi. Keduanya sama-sama sakti, sehingga tidak ada satu pun yang terkalahkan. Akhirnya Baginda Raja Tan Talanai berkata kepada anaknya.
“Kalau ananda ingin membunuh ayahanda, ambillah sebilah batu, pancug sekali dan tikamkan kepadaku barulah ananda dapat membunuhku. Namun sebelum itu, dengarkan penjelasan ayahanda. Ayahanda memang khilaf, terlalu percaya dengan ramalan ahli nujum yang mengatakan bahwa anakda akan membawa celaka bagi ayahanda.”
Mendengar perkataan ayahanda, anak Tan Talanai mengurungkan niatnya. Ia langsung memeluk ayahandanya. “Maafkan ananda, Ayah.” Kata anak Tan Talanai sambil berlinang air mata.
“Sudahlah, Anakku. Ayahanda yang sepatutnya minta maaf karena telah membuangmu. Maafkan ayahandamu ini.” Jawab Tan Talanai sambil ikut menangis. Mereka berpelukan dan saling memaafkan.
Anak Tan Talanai pun berbesar hati memaafkan ayahandaynya, orang yang mengukir jiwa raganya. Tak pantas seorang anak durhaka kepada orang tuanya. Anak Tan Talanai kemudian mengajak ayah ibunay ke Kerajaan Siam. Anak Tan Talanai pun hidup berbahagia bersama kedua orang tuanya beserta Tuan Puteri. Anak Raja Tan Talanai kemudian menjadi raja raja turun-temurun di Negeri Siam. Sampai saat ini, sebagian orang percaya Raja Siam berasal dari Jambi, dan Raja Jambi berasal dari Turki.
Kehidupan penerus anak Tan Talanai selalu berusaha mengikuti aturan yang dibuat oleh orang terdahulu. Mengutamakan kepentingan rakyat dan mendengar aspirasi rakyat. Dengan diangkatnya anak Tan Talanai maka kerajaan Jambi merupakan bagian dari kerajaan Siam dengan tidak melupakan akar yang menjadi asal muasal.
Gaya pemerintahannya pun menduplikasi kebijakan ke dua kerajaan yaitu Kerajaan Jambi yang banyak diambil dari kerajaan Turki dan Kerajaan Siam yang menjadi tempat tinggal anak Tan Talanai. Dengan perpaduan dua budaya ini kerajaan Siam dan Jambi saling mengisi satu sama lain.
Demikian kisah rakyat Tan Talanai dari Jambi seorang yang berasal dari Turki dan menjadi raja di Kerajaan Jambi dan memiliki anak yang memerintah Kerajaan Siam. Semoga bermanfaat.
Sumber: 366 Cerita Rakyat Nusantara