Barangkali belum banyak yang tahu bahwa sejarah Lampung telah dimulai sejak zaman Hindu atau Animisme pada awal abad ke XVI. Berdasarkan kisah turun temurun atau warahan dan sejarah dahulu ada sebuah suku bangsa Tumi yang menganut faham animisme.
Mereka mengagungkan sebuah pohon yang diberi nama Belasa Kepampang. Atau pohon nangka bercabang besar. Pohon ini memang unik, hanya memiliki dua cabang besar yang bertolak belakang. Cabang satunya ialah cabang nangka dan satu lagi sejenis kayu yang bergetah.
Keistimewaan lainnya ialah pohon Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu yang bergetah maka akan menyebabkan penyakit kulit. Namun, jika penyakit kulit itu ditorehkan getah dari cabang nangka maka penyakitnya dapat disembuhkan. Karena keunikan inilah maka suku Tumi mempercayai sebagai Tuhan.
Meskipun bercampur dengan kebudayaan yang berasal dari luar seperti Hindu dan Budha, dan animisme, namun kenyataannya tradisi Lampung lebih dominan pada zaman Melayu-Polynesia.
Sejarah Lampung pada Masa Kerajaan
Sebenarnya daerah lampung sudah lama dikenal pada permulaan tahun masehi. Namun pada masa itu, orang luar hanya menganggap lampung sebagai tempat mencari hasil hutan bagi orang-orang laut. Bisa dibilang, ini merupakan bagian cerita sejarah lampung yang kuat karena cerita ini memiliki bukti. Yaitu sebuah keramik yang diperkirakan peninggalan dari zaman Han (206-220 SM), dari akhir zaman Han (abad ke II sampai dengan VII) dan keramik dari zaman Ming (1368-1643).
Menurut berita dari Negri Cina (China Chronicle) pada abad ke VII, dikatakan bahwa terdapat kerajaan bernama “To Lang P’owang di daerah selatan (Nam-Pgang). Nama kerajaan To Lang P’owang sendiri diambil dari kata ‘To’ yang berarti orang dan ‘Lang P’owang’ yang berarti lampung.
Benarkah Lampung Telah Ada Sejak Zaman Prasejarah?
Melalui berita dari China Chronicle, sudah bisa dipastikan bahwa Lampung telah ada dan ditempati oleh manusia sejak zaman prasejarah. Tidak hanya itu saja, bukti-bukti peninggalan sejarah lain dari kota lampung juga ikut memperkuat pendapat ini. Misalnya sebuah patung pahatan bercorak megalitik yang ditemukan di sekitar Putawiwitan, sumberjaya, kenali, batu Bendil dan di kecamatan Sekampung udik atau Pugung Raharjo.
Selain itu, sebagian peninggalan lampung yang berhasil ditemukan juga menunjukkan bahwa dulu Lampung berada di bawah kerajaan Maritim terbesar, yaitu Kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya itu, kerajaan-kerajaan lain seperti Tulang Bawang dan kerajaan Skalabrak diyakini juga pernah berdiri di Lampung sekitar abad VII-VIII.
Baca Juga : Ungkapan Maaf Rang Minang
Asal Usul Sejarah Lampung dan Kerajaan Sekala Brak
Sejarah lampung mengatakan bahwa sebuah kerajaan yang dikenal dengan nama “Sekala Brak” lah yang menjadi awal permulaan lampung berdiri. Sekala Brak merupakan kerajaan yang terletak di dataran Belalau, tepatnya disebelah selatan Danau Ranau yang sekarang berada di Kabupaten Lampung Barat.
Berawal dari dataran Sekala Brak inilah bangsa lampung mulai berkembang dan menyebar mengikuti aliran way atau sungai-sungai. Yang meliputi way Komring, way Seputih, way sekampung, way kanan, way semangka, dan way tulang bawang beserta anak sungainya.
Bagi bangsa Lampung, Selak Brak mengandung arti yang dalam. Menurut mereka Selak Brak merupakan lambang peradaban, kebudayaan serta eksistensi Lampung. Apalagi konon, kerajaan Selak Brak merupakan kerajaan yang masyhur. Hal tersebut dipercaya dari cerita turun temurun yang dikenal sebagai Warahan, warisan kebudayaan, keahlian, adat istiadat serta keahlian. Selain itu, benda dan situs seperti dalung dan tambo yang terdapat di kenali, batu brak dan sukau juga ikut menyumbang cerita kemasyhuran kerajaan tersebut.
Sedangkan kota Lampung sendiri berasal dari kata Anjak Lambung yang memiliki arti berasal dari ketinggian. Nama itu sendiri, diberikan karena dulunya para puyang bangsa Lampung bermukim dan bertempat di dataran tinggi Sekala Brak. Tepatnya di lereng Gunung Pesagi.
Terbukti dilereng gunung pesagi sebuah peninggalan berupa batu bekas negeri atau pekon kuno, tapak bekas kaki, prasasti, serta sebuah pelataran peradilan dan tempat eksekusi ditemukan.
Tafsiran Sejarah Lampung dari Para Ahli
Dari banyaknya peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah Lampung, para ahli mulai menyimpulkan fakta hasil temuannya. Para ahli purbakala seperti Greoenevelt, Hellfich, dan L.C.Westernenk mencoba menafsirkan bukti – bukti yang ada. Pada penafsirannya, mereka mencoba menjelaskan sejarah lampung melalui bukti sejarah yang ditemukan.
Dan meskipun memiliki pendapat yang berbeda. Namun pendapat dari ketiga ahli purbakala tersebut tetap mengandung benang merah yang menyimpulkan bahwa awal bangsa lampung merupakan Sekala Brak.
Groenevelt sendiri didalam kitab Tiongkok kuno yang ia salin menjelaskan bahwa sekitar tahun 454 dan 464 Masehi, terdapat sebuah kerajaan kendali. Kerajaan ini terletak di antara pulau jawa dan Kamboja. Tidak hanya itu, dalam catatan tersebut, juga dijelaskan bahwa masyarakat di kerajaan kendali memiliki adat istiadat yang sama dengan bangsa Siam dan Kamboja.
Yaitu baginda dari kerajaan kendali, Sapanalanlinda memerintahkan seorang utusan bernama Taruda dengan membawa hadiah emas dan perak ke negeri Tiongkok. Dan perintah tersebut, dilakukan berturut-turut sampai abad ke enam.
Menurut L.C. Westenenk sendiri, nama Kendali bisa dihubungkan dengan ibukota kecamatan Belalau. Menurut tafsiran dari beberapa ahli sejarah, Sapalananlinda bukanlah suatu nama. Hal tersebut disebabkan karena lindah berasal dari bangsa Tiongkok. Dan bangsa tiongkok cenderung tidak bisa melafalkan kata Sribaginda dengan fasih.
Riwayat Empat Orang Putera Raja Pagaruyung Dalam Sejarah Lampung
Diriwayatkan didalam Tambo ada empat orang Putera Raja Pagaruyung yang tiba di Sekala Brak. Mereka datang untuk menyebarkan agama islam namun mendapat penolakan dari suku bangsa Tumi yang menganut faham animisme.
Keempat orang putera raja pagaruyung itu menyebut diri mereka umpu dan ada empat umpu yaitu
1. Umpu Bejalan Di Way
2. Umpu Belunguh.
3. Umpu Nyerupa.
4. Umpu Pernong.
Adapun kata Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. setelah mereka tiba di Skala Brak, keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli yang ikut menyertai para Umpu. Dia adalah Si Bulan.
Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut kemudian mendirikan suatu perserikatan untuk memperkuat pasukan. Perserikatan tersebut diberi nama Paksi Pak yang artinya Empat Serangkai.
Perserikatan ini bergerak dalam bidang perdagangan, pendidikan, penyuluhan, pertahanan diri dan tak lupa keagamaan. Seiring perjalanan waktu, Paksi Pak semakin berkembang dan kuat dari segala segi terutama pertahanan. Untuk menaklukan bangsa Tumi perang tidak dapat dielakkan dan akhirnya bangsa Tumi dapat dikalahkan.
Selepas kekalahan itu, tatanan pemerintahan diubah dan kepercayaan animisme pun berusaha untuk dihapuskan. Keempat Umpu tersebut menyebarkan agama islam di Skala Brak. Adapun yang tidak mahu mengikuti ajaran islam mereka memilih meninggalkan Skala Barak, sebagian besar pindah ke Pesisir Krui dan terus menyebrang ke Pulau Jawa dan sebagian ada yang pindah ke daerah Palembang.
Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan dan kepercayaan animisme dapat dihapuskan, maka pohon Belasa Kepampang itu akhirnya ditebang. Batang pohon ini kemudian dibuat PEPADUN yang artinya singgasana.
Singgasana ini hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja-raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunannya. Satu hal lagi yang menjadi catatan sejarah adalah dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini menjadi pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi dan hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak.
Selanjutnya, sekitar awal abad ke - 9 Masehi para Saibatin Raja-Raja di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung. Demikian serba sedikit tentang sejarah Lampung dan penafsiran para ahli tentang peninggalannya. Semoga bermanfaat.